Halaman:Si Djamin dan si Djohan.pdf/123

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

105

6 Barangjang hina didjoewalnja djoega, sampai tinggal. pakaian pemaloet badannja sadja.

7 Kalau banjak oewang, dija memakan atau mengisap madat banjak.

8 Kalau sedikit oewang, ija memakan madat sedikit.

9 Asalnja badannja gemoek, achirnja mendjadi koeroes.

10 Asalnja badannja segar, achirnja mendjadi poetjat.

11 Tijada diindahkan oleh orang, sebab kebanjakan soedara atau sobat djadi maloe bertjampoer.

12 Hilang kepertjajaan, ja'itoe kajau bekerdja sama lain orang, Jantas tidak dipertjaja lagi, sebab orang takoet, kalau-kalau oewangnja dihabiskan pembeli madat.

13 Soesah meninggalkan pembaringannja. Seperti pintoe poetar balik di éngsélnja, begitoe djoega si pemadat poetar balik di tempat-tidoernja.-

Nah, pembatja! Oléh 13 perkara boewah hal pemadat ini tentoe kita mengerti dengan betoel dan kita troes lihat: Boewah-boewah madat itoe tidak boleh dikatakan „bagoes" atau „baik", melainkan tentoe kita katakan boewah „djelèk" dan „boesoek."

Tjoba sekarang kita perhatikan dan pikirkan betoel- betoel didalam hati, oempama sebatang pohon kajoe jang berboewah djelèk atau boesoek, apa kita orang soeka? Dan apa kita teroes pijara pohon itoe? Menoeroet penoelis poenja pikiran, tentoe kita tidak soeka dan tidak poedji pohon itoe; sebaiknja teroes ditebang diboewat kajoe api; sebab tidak berhasil, ta' ada goenanja. Boekan?!

Begitoe djoega dari hal madat boekan kita djadi bentji, karena boewah-boewahnja jang boesoek itoe? Sebab sebetoelnja jang disangka sobat atau obat itoe achirnja djadi moesoeh atau ratjoen jang amat berbahaja.

Marilah kita jang tidak maoe dikatakan orang seperti binatang, kita boewang dan bentji pada itoe moesoeh alijas madat.

Kenapa kita manoesija jang hidoep sampai kalah oléh barang jang mati itoe?

Kita mempoenjaï hati jang maha besar dan koewat lagi pikiran