Halaman:Seri Pahlawan, Abdul Moeis; 1980.pdf/29

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

diterbitkan dalam bentuk brosur. Karangan itu berjudul ”Als Ik Nederlander was” (Seandainya aku seorang Belanda). Isi brosur itu sangat tajam, tetapi ditulis secara halus. Dengan tulisan itu Suwardi Suryaningrat menyindir orang-orang Belanda. Pemerintah Belanda merasa tersinggung dan sangat marah. Brosur itu disita dan dilarang beredar. Rumah-rumah tokoh pergerakan nasional digeledah.

Tindakan Pemerintah itu membuat suasana bertambah panas: Dr. Tjipto Mangunkusumo membuat sebuah karangan. Pemerintah Belanda diejeknya. Penyitaan dan larangan Pemerintah itu hanya menunjukkan kelemahan, bukan kekuatannya. Douwes Dekker memuji cara yang dilakukan oleh Suwardi dan Tjipto sebagai tindakan kepahlawanan.

Pemerintah Belanda menjalankan tangan besi. Semua anggota Komite Bumi Putera ditangkap. Mereka diseret ke pengadilan dan dijatuhi hukuman. Suwardi, Douwes Dekker dan dr. Tjipto dibuang ke Negeri Belanda. Abdul Moeis dan Wignyadisastra dibebaskan.

Tetapi sejak saat itu nama Abdul Moeis sudah dicatat oleh Pemerintah sebagai orang yang berbabaya. Namun ia tidak merasa gentar: Ia tetap menjalankan aksi-aksi politiknya. Dalam Kongres Sarekat Islam di Surabaya dalam tahun 1915, ia berpidato berapi-api. Penjajahan Belanda dikecamnya dengan tajam. Dalam kongres itu Abdul Moeis menganjurkan supaya Sarekat Islam mendirikan sekolah-sekolah.

27