Halaman:Seni Patung Batak dan Nias.pdf/68

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi
ninggalan prasejarah banyak yang masih belum terungkapkan. Para ahli waris yang dapat diharapkan sebagai "penterjemah" akan nilai tidak mungkin diperoleh. Kalaupun ada mereka umumnya tidak ber­gairah untuk membicarakan tentang makna patung-patung nenek mo­yang mereka pada masa yang lampau.
Lain dari pada itu orang-orang yang berbakat pengukir sendiri kurang bergairah untuk kembali berkarya patung. hal ini disebabkan penghasilan sebagai seorang pengukir tradisional jauh lebih rendah dari penghasilan seorang pedagang rendahan atau sebagai penjual rokok dikaki lima.
Akhirnya patung-patung peninggalan karya seniman masa lalu tidak lebih dari pada sekedar warisan belaka. Keadaan ini sangat men­cemaskan bagi kelangsungan kehidupan seni patung di daerah Batak. Karenanya perlu usaha untuk melestarikan kembali seni patung tra­disional daerah, dengan mendorong para seniman patung di pedala­man untuk kembali berkarya dengan memberikan bantuan peralatan, bahan dan usaha pemasarannya dengan harga yang pantas. Masyarakat digugah untuk menghargai karya seni khususnya seni patung. Tidak lagi sebagai media pemujaan leluhur, tetapi seba­gai benda pajangan. Kehidupan wisata bisa dijadikan motivasi dalam pembinaannya.
A. Peranan Batak Seniman Pematung dalam Kehidupan Seni Patung
Setelah kita mengkaji nilai magis dan artistik patung Batak, sadarlah kita betapa besar peranan Seniman pematung sebagai mah­luk pencipta karya seni itu.
Beberapa peranan meteka dapat dicatat sebagai berikut:
  1. Menunjukkan rasa mampu atau penonjolan prestasi di bidang keunggulan seni pada zamannya.
  2. Memanifestasikan daya cipta dalam bidang kebudayaan;
  3. Memancarkan nilai keindahan dan praktis; dan
  4. Menunjukkan rasa mampu menentang zaman atau tak usang diterapkan pada konstruksi-konstruksi bangunan di sepanjang zaman.

59