Halaman:Seni Patung Batak dan Nias.pdf/28

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

Gelombang ke dua terjadi pada zaman perunggu. Bukti-bukti peninggalannya masih dapat kita lihat di Tomok terletak di pinggiran pantai pulau Samosir berupa peti mayat (keranda batu) yang terbuat dari batu lengkap dengan tutupnya. Selain itu sejumlah keranda lengkap yang tersebar di daerah pedalaman pulau Samosir menurut informan yang dihubungi masih banyak. Sayangnya daerah-daerah itu seperti di Lumbang, Suhi-Suhi, Lontung, Pansur, Banjar Pasir, dan Huta Rihit sukar untuk dilalui kendaraan.

Keranda seperti yang terdapat di desa Tomok (lihat halaman 13) pemahatnya sangat kreatif, sekalipun bentuknya masih mencerminkan corak dari hasil-hasil pola pemikiran seniman primitif, namun hasil konsepsinya yang ditinggalkan penuh dengan keindahan serta memberi kesan yang mengagumkan sampai saat ini. Betapa tidak, jika kita kembali menanggapinya bahwa hasil karya dari nenek moyang kita pada zaman dahulu memberi kesan dan tanggapan yang cukup menarik bagi ahli kebudayaan.

Kesan-kesan yang cukup mengagumkan dari hasil karya para seniman yang terpecah di desa Siduldul, Lumban Pangaloan, Lumbanraja dan Hutagurgur serta sejumlah sarcophagus yang terdapat di desa Pangambatan, ”antara lain apa yang dikatakan Dr. Schnitger : .... This image is one of greatest and noblest works of art ever produced ini Sumatra”3).

Dari ungkapan di atas dapatlah diketahui betapa para seniman kita pada zaman dahulu telah menunjukkan kebolehannya di bidang seni pahat.

Di daerah Nias menurut penelitian para ahli purbakala dari Jepang mengatakan bahwa hasil seni patung yang masih terdapat sekarang berusia lebih kurang 2,5 sampai 5000 tahun Sebelum Masehi. Patung-patung ini masih dapat kita lihat di desa Orahili di Kecamatan Gomo, desa Bawomataluo di Kecamatan Teluk Dalam dan lain-lain.

Peninggalan-peninggalan hasil seni patung tersebut di atas seperti di daerah Nias dapat kita Iibat di halaman-halaman rumah pengetua adat dan patung-patung ini masih terpelihara baik, sekalipun diantaranya banyak yang telah rusak.

–––––––––––––––––––

3). Dada Meuraxa, Sejarah Kebudayaan Sumatra, Penerbit Firma Hasmar, tahun 1974, hal. 285.

19