Halaman:Sejarah Daerah Bengkulu.pdf/88

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

Lagi pula antara adat istiadat Banten dengan Bengkulu tidak ada perbedaannya. Keduanya mempunyai adat istiadat yang berasal dari suatu sumber, dan agama yang dipeluknya juga sama. Tambahan lagi perdagangan lada itu menguntung­kan kedua belah pihak. Hubungan antara Banten dan Bengkulu boleh disebut sebagai hubungan dua saudara. Sultan Banten mempunyai wakil-wakilnya di Lampung dan bergelar Jenang. Para Jenang itu mempunyai wewenang melaksanakan dan mengawasi tertibnya perdagangan lada dan mengadili perkara yang tidak besar, misalnya hutang piutang. Pada jaman pemerintahan Sultan Ageng Tirtayasa (1651 ― 1682) di Bengkulu tidak ada wakil Sultan Banten. Tetapi tiap tahun Jenang Banten yang berkedudukan di Semangka yaitu Raja Ngombar (Pengganti dari Pangeran Purba Negara) pergi ke Silebar dan Bengkulu untuk membeli lada dari penduduk Rejang dan Pesemah. Jenang Banten juga mengangkat Kepala-kepala daerah dan memberi gelar Pangeran, Pasirah (Datuk), Depati dan Pemangku untuk ketua suatu wilayah sekitar Rukun Tetangga. Sebagai contoh pada abad ke 17, kita mengenal beberapa nama penguasa dan anak raja-raja di daerah

77