Halaman:Rimba-Rimba.pdf/90

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

Rimba-Rimba

senjata hilang sudah sampat di telinga komandan teriinggi.

Lelaki itu cukup tenang. Bahasanya sopan, lembut, namun beriwibawa. Wajahnya kelihatan pucat karena kurang tidur. Mungkin saja sudah beberapa hari tidak tidur. Beni tidak sanggup menatap mata lelaki itu. Ia baru pertama kali bericmu dengan orang itu.

“Jadi ini Letnan AD itu?” ujar lelaki itu.

Darah Beni berdesir hebat. Jarang sekali orang menyebutnya dengan Letnan AD. Sudah lama Ia meninggalkan embel-embel AD itu. Tapi sekarang, seorang Panglima Tertinggi menyapanya dengan kata Letnan AD.

"Ada apa semua ini? Apakah ia sudah tahu?" pikirnya dalam hati.

“Benar..., benar komandan, ini Letnan Beni yang melatih pasukan kita di Sangir,” ujar Komandan Solok.

“Hem....”

Lantas komandan tertinggi mengisap rokoknya dengan dalam. Lantas menghembuskan asapnya.

Ia memandang Beni dari atas sampai bawah. Ia memperhatikan pakaian yang dipakai Beni. Diperhatikan seperti itu, Beni kemudian mencoba melihat ke belakang, ia melihat ke 24 anak buahnya juga berbaris di belakang.

“Saya tahu kesalahan bukan pada Letnan Beni, tapi saya perintahkan Letnan Beni mencari kembali truk itu,” katanya. Hanya itu katanya. Kata yang mengandung ketegasan dan berwibawa. Tidak ada tendensi untuk menyudutkan ataupun menyalahkan.

“Apakah ini Ahmad Hussein itu?" katanya menduga. Secara langsung ia memang belum pernah bertemu dengan Ahmad Hussein.


74