Halaman:Rimba-Rimba.pdf/82

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

Rimba-Rimba

membela kebaikan, bukan kejahatan. Ingatlah pesan saya itu.”

Siang itu, mereka menerima keputusan dari gurunya. Artinya ilmu yang mereka miliki sudah sempurna. Walau pun dari segi usia mereka masih bisa dikatakan relatif muda, namun mereka sudah memiliki ilmu kanuragan itu.

Setelah menerima keputusan dari gurunya, mereka kembali tercerai berai. Kembali ke aktivitas masing-masing. Kembali ke kampung asal. Johan melanjutkan pendidikan di pesantren.

Beberapa hari setelah menerima keputusan itu Johan masih memikirkan kata-kata gurunya. Ilmu hanya dipergunakan untuk membela kebaikan saja. Ia masih ingat cerita gurunya ketika pertatna kali pergi berguru ke Talang Babungo. Jarak sekitar tiga puluh kilometer ditempuh dengan kuda bendi. Kemudian berjalan kaki menelusuri pinggir-pinggir bukit, bukanlah suatu pengorbanan yang ringan untuk mencapai semua itu.

“Kau harus berangkat ke Padangpanjang untuk memperdalam ilmu agamamu,” begitu kata ayahnya suatu sore.

“Ya..., saya masih muda harus menimba ilmu banyak-banyak,” jawabnya.

Akhirnya ia pun menjadi seorang santri di pesantren itu. Awal-awal pertama sekolah, hatinya begitu gundah. Ia ingat kampung halamannya. la ingat ayah dan emaknya.

“Sedang apa mereka sekarang? Apakah mereka sedang makan nasi dengan campuran jagung lagi?

Air matanya serasa mau menetes. Ekonomi begitu sulit. Ia ingat makan hanya sekali dalam sehari. Itupun dengan beras yang dicampur jagung hasil tumbukan


66