Halaman:Rimba-Rimba.pdf/81

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

Rimba-Rimba

Ia seakan mendengar perkataan beberapa temannya yang lam. Dicobanya mengangkat kepala. “Oh. Kalian rupanya. Di mana saya?”

“Di hutan Bukit Tabuah,” ujar mereka serempak.

Kemudian sepuluh orang itu membuka baju masing-masing dan melompat ke dalam air itu.

Namun dinginnya sungai masing-masing mereka tidak sama merasakannya. Ada yang sangat dingin, ada yang sedang-sedang saja atau bahkan ada yang panas. Semakin dingin sungai dirasakan maka kebersihan jiwa akan semakin dalam.

“Rasakan tiap buih-buih air membersihkan segala dosa-dosa kalian,” begitu tiba-tiba Buya Malin Mandaro bersuara. Mereka terkejut. Melihat ke atas.

“Buya,” kata mereka serempak.

“Kemana saja Buya?” tanya Zakir.

Johan scgera keluar dari air menyalami Buya. Tak lama kemudian Buya berjalan. Kelima muridnya pun segera keluar dari sungai mengikuti dari belakang.

“Tadi malam masing-masing kalian sudah menjalani ujian. Masing-masing kalian sudah tahu kekuatan dan kemampuan masing-masing. Saya tahu, diantara kalian ada yang bisa mengalahkan seekor kucing, seekor anjing, seekor cicak, kadal, beruk dan ada juga yang bisa mengalahkan harimau.”

“Harimau...”

Belum sampai kata buya namun beberapa orang sudah menyeletuk. “Siapa?”

“Tidak perlu ditanya siapa. Namun dengan apa yang kalian miliki, kalian mesti bersyukur dan pandai-pandai menggunakannya. Ingat, ilmu kebatinan, ilmu putih hanya digunakan untuk berbuat kebaikan dan


65