Halaman:Rimba-Rimba.pdf/83

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

Rimba-Rimba

kasar. Nasi jagung, walau terasa sekat di tenggorokan, namun terasa nikmat:


Ia sempat beberapa bulan di Padangpanjang. Kemudian suasana berubah. Perang meletus.


"Mengapa sekarang aku berada di sini? Mengapa kampung dibakar? Mengapa rakyat sengsara? Mengapa? Mengapa harus berperang dengan saudara sendiri?”


Ia terlelap dalam seribu tanda tanya yang menghujam dalam jiwanya. Tidur telentang di atas batu di luar pondok. Di atas sana, bulan purnama bercahaya terang. Bekas luka di dagunya terlihat dengan jelas.



{{|67}}