Halaman:Rimba-Rimba.pdf/80

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

Rimba-Rimba

la pasrah. la rela walau harus mati saat itu. Ia memang akan mati, sekarang atau kapan. Ia pasrah akan nasib yang menimpa. la pasrah jika raga harus berpisah dengan nyawa. la pasrah walau harus mati malam itu juga.

Baginya, mati cepat atau lambat sama saja. Setidaknya begitu yang diajarkan Buya kepada murid-muridnya. Namun, sebelum ajal berpantang mati. Ia bangun dengan cepat. Tapi sekali lagi, taring itu terlihat kuat.

la sudah pasrah saat itu. Ia masih muda dan tak punya siapa-siapa yang akan menyesali. Tiada si kecil yang akan menangisi. Kemudian ia bangkit lagi, dan...

"Pluassss."

Terdengar suara hantaman. Johan terhempas ke tanah. Ia tidak sadarkan diri. Harimau itu tercabik-cabik. Namun, yang menyelamatkannya bukan hentakan pedang ke tubuh harimau itu, sebab harimau yang dihadapinya sekarang adalah harimau jadi-jadian yang kebal senjata. Harimau yang makanannya cuma asap kemenyan.

Dengan secepat kilat itu juga Buya Malin Mandaro melemparkan kemenyan yang dibakarnya. Harimau itu hilang bersama asap putih yang mengepul. Bau amis dan sangit kemenyam bercampur jadi satu. Johan pingsan. Ia tidak sadarkan diri lebih tiga jam. Dari perkampungan terdengar kokok ayam sayup-sayup sampai. Johan mengangkat kepalanya.

"Di mana saya ini?"

Ia merasakan dingin yang menelusuk sampai ke tulang sum-sum. Badannya terasa berada dalam sebuah genangan air yang begitu dingin.

64