Halaman:Rimba-Rimba.pdf/76

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

Rimba-Rimba

"Ali di bagian depan dan Imron di belakang. Zakir dan Kamil bersama saya di tengah. Jarak antara yang di depan dan kami yang di tengah sekitar 20—30 meter. Jika ada yang mencurigakan beri kode. Kode kita tepuk tangan yang keras tiga kali."

Semuanya mengangguk. Tidak ada yang membantah. Ali dan Imron tersenyum kecil, mereka pernah melalui jalan itu mencari burung. Jadi tidak ada masalah bagi mereka.

Hari kian larut.

Lantas mereka melihat ada sebuah pondok tua di tengah rimba itu. Kemudian mereka memeriksa pondok itu.

"Aman," ujar Kamil.

Lantas Johan dan yang lainnya masuk ke pondok itu. Mereka membersihkannya dan bersuara untuk mengusir jika ada binatang buas seperti ular yang sedang tidur di pondok itu. Malam itu mereka harus bermalam di tengah hutan belantara itu. Untuk keamanan malam, mereka giliran berjaga.

"Menurutmu bagaimana keadaan kampung kita sekarang?" kata Zakir kepada Johan.

"Entahlah. Mungkin saja pasukan pusat sudah bermarkas di sana. Tidak mungkin kita bertahan di sana. Susah membedakan mana yang teman dan mana yang lawan. Apalagi antek komunis sudah berkeliaran. Buya adalah sasaran utama mereka. Mereka tahu kita adalah murid-murid Buya, yang pasti akan jadi sasaran mereka. Makanya sekarang kita harus menemukan buya."

Johan ingat dengan Buya. Bagi dia, lelaki itu sangat berarti. Beberapa tahun silam perguruan silat Bukit Tabuah sangat terkenal. Mempunyai sebanyak 20 orang murid yang begitu loyal dan jago dalam beladiri.

60