Halaman:Rimba-Rimba.pdf/74

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

Rimba-Rimba


“Ha ha ha,” Johan tertawa.

Gelak Johan melengking keras.

“Kau lupa rupanya. Ayahku seorang tentara. Saya sering diajarinya menembak rusa,” katanya.

Mereka mengangguk-angguk.

“Ya, lalu bagarmana dengan truk itu?”

“Truk?”

"Ya, yang berisi senjata?”

Kemudian Johan menceritakan kisahnya dari awal bom meledak di Padangpanjang, sampai menyembunyikan truk itu. Mereka hanya manggut-manggut mendengar cerita Johan. Ada yang menggeleng-geleng. Tak kuasa menahan kekagumannya terhadap Johan.

Zakir mengangguk-angguk. Ali mengelus-elus kumis tipisnya yang sudah tumbuh beberapa helai.

“Lalu apa yang mesti kita lakukan sekarang?”

“Kita harus ke Talang Babungo, Bukankah Buya Malin Mandaro berguru di sana? Nanti kita tanya penduduk dimana rumah guru Buya dulunya. Kalau Buya sudah ketemu maka keluarga kita masing-masing akan mudah ditemukan juga. Mereka sekarang berpindah-pindah dari satu Jokasi ke lokasi Jainnya," ulas Johan.

“Setelah Buya ditemukan bagaimana?”

“Yang penting kita temukan Buya Jebih dahulu. Saya dengar sekarang ini PKI ingin membunuh buya-buya yang merupakan tokoh Masyumi. Kita mestimenemani beliau.

“Lalu bagaimana kalau kepergok pasukan PRRI?” tanya Zakir,

“Kita ceritakan saja yang sebenarnya,” balas Imron.

“Kalau bertemu tentara pusat?” tanyanya lagi.

58