Halaman:Rimba-Rimba.pdf/49

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

Lelaki tua itu, mungkin dia sudah putus asa. Tidak ada cara lain baginya kecuali berterus terang terhadap Johan. Sangat kecil kemungkinan untuk bisa meloloskan truk sampai ke basis PRRI di Sangir, Solok Selatan. Perjalanan masih panjang, setidaknya mesti menempuh 100 kilo meter lagi.

"Apa yang dibawa dan mau kemana?" teriak penjaga.

"Sekam untuk makanan kuda di Surian?"

"Sekam? Apa perlu kami cek?"

"Tidak usah. Ini hanya untuk kuda beban."

"Kuda beban?"

"Ya. Untuk pengangkut barang."

Johan mendengar semua perkataan orang itu. Ia tahu itu pasti kata-kata sandi yang punya makna. Tapi ia tidak tahu apa maknanya.

"Baik. Lapor dulu kepada komandan di dalam."

"Baiklah."

"Nak, siapa namamu tadi?”

"Johan."

"Ya, Johan, jika dalam lima menit saya tidak keluar. Kamu bawa truk ini sejauh mungkin. Secepat mungkin. Jangan pedulikan saya. Nanti ada yang akan menunggu truk ini di jalan," katanya. Johan tidak mengerti. Hanya saja bulu kuduknya berdiri.

"Baiklah. Tapi mengapa?"

"Jangan banyak tanya. Kerjakan saja. Saya curiga kepada orang-orang ini."

Hanya itu kata-kata Khaidir. Ia sudah merasa putus asa sejak pesawat itu menembaki mereka. Dia tidak tahu, siapa yang membocorkan rahasia itu. Pasti ada pengkhianat. Padahal semuanya sudah disusun secara rapi dan sangat matang.

35