Halaman:Rimba-Rimba.pdf/46

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

Rimba-Rimba

tangan mereka. Mungkin saja saat ini mereka ada di belakang kita."

Johan mengangguk. "Yang pasti kita mesti pergi dari sini sebelum mereka datang. Kalau mereka mendapati kita di sini, itu artinya mati."

"Baiklah. Kita memang harus pergi. Tapi siapa yang bawa truk?"

"Saya tidak bisa. Apa kamu bisa?" tanya Khaidir.

Untung saja selama di pesantren Johan sering membawa sayuran dari kaki Gunung Marapi dengan truk tua satu-satunya kepunyaan pesantren. Dari situlah ia pandai membawa mobil. Lagipula ia tidak punya pilihan. Kampungnya masih jauh. Tidak ada salahnya ia ikut membantu.

"Baiklah, naik. Tapi saya tidak terbiasa dengan truk besar," katanya.

Johan langsung mengemudikan truk tua itu dengan cepat. Lobang-lobang di jalan dihantamnya saja karena ingin bergegas dan ketakutan.

Sesekali jalan truk tidak teratur. Kadang miring ke kanan adakalanya terlalu mengambil jalan ke kiri. Namun Johan tidak peduli semua itu, yang ia tahu, ia harus segera pergi secepatnya dari lokasi itu.

"Sebenarnya apa yang sedang kita bawa ini?"

Johan menduga lelaki tua ini bukan orang sembarangan. la pasti punya kedudukan tinggi dalam PRRI. Walau sudah berterus terang kalau isi truk itulah yang jadi incaran pesawat tentara pusat itu, namun ia masih berkilah dan belum mengatakan apa yang mereka bawa sebenarnya.

“Jadi apa isi truk ini dan mau dibawa kemana?”

32