Halaman:Rimba-Rimba.pdf/42

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

Rimba-Rimba

Tidak ada yang memulai pembicaraan. Semua sibuk mengurusi kecamuk diri masing-masing. Johan juga tidak mau memulai pembicaraan. Ia tidak tahu, orang-orang ini entah mau kemana, entah siapa, entah berpihak dimana. Situasi kian tidak menentu.

Ia masih kata Guru Yunus, yang menyerbu Sumatera Barat sekarang ini tidak hanya tentara pusat, namun juga disusupi antek komunis.

"Kalian harus hati-hati kalau di luar. Jangan asal bicara," ujar Guru Yunus suatu ketika. Ia tahu, partai komunis di Sumatera Barat juga sangat besar pengaruhnya.

Johan memilih untuk diam di tempatnya berdiri dan tidak memandang ke arah manapun. Letih berdiri, dia pun duduk. Tapi, duduk sungguh tidak nyaman karena tiap sebentar bus menghantam lobang dan melalui jalan yang kasar. Johan masih bungkam. Ia tidak mau duluan untuk berbicara.

Ia takut jangan-jangan orang yang bersamanya saat ini adalah tentara pusat yang menyamar. Atau bagaimana kalau orang komunis? la tahu orang komunis tidak menyukai anak pesantren.

Bisa saja orang yang ada di depannya adalah orang komunis yang juga ikut mengungsi. Jangan-jangan di dalam bajunya tersembunyi pistol. Bukankah dia selalu mendengar penjelasan di pesantren tentang kebencian kaum komunis terhadap orang-orang pesantren.

"Aku harus bisa membaca keadaan. Harus hati-hati jika bicara," pikir Johan.

"Mau kemana Nak?" tegur salah seorang dari mereka.

"Ke Alahanpanjang. Bapak sendiri kemana?".

28