Halaman:Rimba-Rimba.pdf/39

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

Rimba-Rimba

"Ayo Johan raih tanganku,” teriak Rusman.

Di gerbong depan ada beberapa orang yang berhasil bergayutan di antara dua gerbong. Nafas mereka masih sesak. Tidak bisa membayangkan apa yang telah terjadi dan apa yang akan terjadi selanjutnya. Wajah mereka pucat dan penuh ketakutan. Seperti orang-orang yang kehilangan harapan.

Setelah beberapa lama kereta meninggalkan Padangpanjang terdengar suara lengkingan keras. Semua mata menatap awas.

Mereka mencari-cari asal suara itu. Lari kereta semakin kencang. Kelihatannya si masinis tidak ingin menjadi korban bom-bom yang berserakan di jalan itu.

"Itu lihat...," ujar seorang yang juga ikut berdesakan di gerbong belakang menunjuk ke udara. Dari kejauhan terlihat sebuah pesawat melayang. Rusman semakin pucat dan ingin melompat masuk ke danau Singkarak yang ada di sebelah kanan. Johan memegang krah bajunya.

"Jangan," kata Johan.

"Itu sama saja bunuh diri," lanjutnya.

"Kalau kita melompat kita akan mati tenggelam.”

Rusman tidak jadi melompat. la berpikir ada benarnya juga apa yang dikatakan Johan. Lagi pula jika mereka melompat tentu akan sangat berbahaya. Entah siapa yang memulai, mereka membuka baju singlet dan mengibas-ngibaskan ke arah datangnya pesawat tersebut.

Pesawat kian mendekat dan sebentar lagi pasti akan memuntahkan peluru-pelurunya. Mereka semua sudah ketakutan dan ada beberapa orang yang berteriak dan ada juga yang mengumandangkan suara azan.

Kemudian pesawat pun berputar beberapa kali sebelum membubung tinggi ke udara.

25