Halaman:Rimba-Rimba.pdf/38

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

Rimba-Rimba

"Lari keluar.....cepat..." Haji Sabri berteriak dari luar kelas. Beberapa murid segera menuju pagar. Tidak jauh dari sekolah itu, di Pasar Padangpanjang asap hitam menggepul.

Johan sudah bersiap untuk lari bersama Rusman yang berasal dari Sijunjung. Mereka memang teman akrab. Asap terlihat mengepul, samar-samar dilihatnya Syabilla ketakutan, kemudian sebuah tangan meraihnya. Johan tidak tahu siapa itu, ia ingin mengejar gadis itu, akan tetapi situasi bertambah kian tidak menentu. Beberapa pejuang sudah berlari ke arah mereka, memerintahkan mereka untuk segera menyingkir. Itu terakhir kalinya ia melihat gadis itu. Hati yang runtuh. Rusman menarik tangannya cepat, kemudian berlari dan terus berlari di tengah situasi yang panik.

Tak lama kemudian sebuah bom dari pesawat jenis Mustang itu menghantam tepat di atap sekolah.

"Lari..." teriak Johan

"Ayo cepat ..."

Mereka pun berlari secepat mungkin ke arah timur kota itu, mengikuti kemana orang-orang berlarian.

"Itu lihat ada kereta api batu bara."

"Cepat kejar."

Sebuah kereta api yang biasa digunakan untuk mengangkut batu bara dari Sawahlunto untuk pabrik-pabrik batu kapur di Padangpanjang dengan dua gerbong di belakangnya mulai bergerak dari stasiun Padangpanjang. Tanpa banyak pikir mereka mengejar dan mencoba menggapai besi pegangan gerbong itu.

Beberapa orang penduduk juga melakukan hal yang sama dan jatuh. Mereka beruntung karena masih muda dan terlihat gesit. Mencoba berpegangan di besi pengaman itu.

24