Halaman:Rimba-Rimba.pdf/37

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

Rimba-Rimba

Beberapa jam kemudian, suara sirene terdengar lagi memekakkan telinga. Orang-orang sudah banyak yang menghindar ke luar kota. Tidak ada yang tahu persis apa yang sedang terjadi. Suasana begitu kacau. Tidak ada imbauan resmi dari pemerintah ataupun pihak pejuang lagi. Setiap orang hanya berusaha menyelamatkan diri sendiri. Ada yang pergi dengan bendi, kuda, atau juga naik ke punggung kerbaunya.

Tidak terkecuali dengan para santri yang sedang mengadakan acara itu. Suasana semakin panik. Acara bubar. Sejak dari tadi Guru Yunus menyuruh mereka untuk bersiap-siap meninggalkan pesantren, menyelamatkan diri masing-masing. Beberapa dari santri berdiri di halaman asrama untuk mengetahui peristiwa apa yang akan terjadi. Sebagian dari mereka masih menunggu perkembangan informasi.

"Apakah yang terjadi?" kata mereka saling bertanya.

"Entahlah," jawab yang lain.

"Kemana orang-orang mengungsi?" ujar Guru Yunus.

Dua orang santri diutus untuk untuk membantu masyarakat yang barangkali menjadi korban di pusat kota. Baru saja beberapa menit mereka meninggalkan halaman sekolah, tiba-tiba kesunyian pagi itu dipecahkan suara ledakan keras. "Bluarrr ..." Sebuah bom dijatuhkan lagi.

"Tolong..."

Menit berikutnya, suara memekakkan itu terdengar lagi dan jaraknya cukup dekat dari pesantren. Suasana kian gaduh. Kini mereka bagai anak ayam kehilangan induknya.

23