Halaman:Rimba-Rimba.pdf/27

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

Rimba-Rimba


becak dengan cepat. Tidak berapa jauh, ia berhenti di sebuah rumah, memarkirkan becak dan mereka beralih ke sebuah sepeda motor.

"Sayapun harus memastikan kalau kamulah orangnya."

"Kemana kita?"

"Beliau masih masih menunggu. Sepertinya sangat penting sekali dokumen yang kamu bawa. Sampai-sampai beliau tidak mau meninggalkan kota sebelum kamu datang, padahal sebentar lagi perang meletus."

"Oh ya, kalau begitu cepatlah."

Lelaki itu bergidik. Dari matanya terbayang peristiwa yang mengerikan akan terjdi. Sebentar lagi dalam hitungan hari, jalanan itu akan luluh lantak dilindas tank-tank baja tentara Jawa itu.

Akhimya mereka sampai di Andaleh. Jamaludin melirik ke kiri dan ke kanan. Sebagai seorang intel ia paham, banyak aktivitas 'tidak biasa' di sepanjang jalan. Orang-orang yang duduk di pinggir jalan dengan mata yang awas. Tukang becak yang menutup kepalanya dengan topi namun bertampang tegap, tidak layaknya seperti seorang tukang becak yang bertubuh lunglai dimamah panasnya jalanan.

Ia tahu, aktivitas mereka tentu untuk melindungi 'sesuatu yang penting'. Kemudian motor masuk ke sebuah gang kecil dan berhenti di depan sebuah rumah. Lelaki itu menyuruh Jamaludin langsung masuk, sedang ia berjaga di luar.

13