Halaman:Rimba-Rimba.pdf/26

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

Rimba-Rimba


yang sebenarnya ditunggunya. "Menuggu siapa sanak?" Lelaki itu menyapanya. Ia tidak menjawab.

"Kalau mau ke pasar raya atau kemana saja, saya punya becak. Ongkosnya bisa ditawar," katanya. Jamaludn tidak menjawab, ia mengacuhkan lelaki itu. Lelaki tegap itu jadi tersinggung, kemudian memandangnya dengan muka sinis.

Jamaludin tidak mengacuhkannya. Lelaki itu kembali membuat ulah dengan melemparkan puntung rokok ke arahnya. Jamaludin tidak bisa menerima perlakuan lelaki itu lagi. Ia masuk ke dalam kedai, menghampiri lelaki itu, dengan diam-diam tanpa diketahui orang lain, menempelkan ujung pistol ke pinggang pinggang lelaki itu.

Tukang becak itu sejurus terkejut, tetapi ia cepat mengatasi keadaan. "Jangan terlalu serius Bujang, saya tahu kamu orangnya. Aku sudah melihat gambar sipatung merah di bajumu. Ayo cepat, beliau sudah menunggu. Saya Sulaiman, kamu tentu Jamaludin?"

Jamaludin jadi sedikit malu. Kekalutan pikirannya karena tugas maha berat itu membuatnya kurang bisa mengontrol diri. Kemudian dengan becak mereka kemudian meninggalkan pelabuhan, menuju arah Pegambiran. "Maaf, tadi saya tidak mengenali Uda? Kita harus segera pergi Uda saya sudah diikuti sejak dari berangkat. Ada lima orang yang selalu mengintai saya selama di kapal. Mereka berbahaya," katanya. Lelaki itu mengernyitkan keningnya. Segera saja didayungnya

12