Halaman:Rimba-Rimba.pdf/28

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

Rimba-Rimba


Baru saja masuk beberapa langkah, ia bertemu seorang tukang sapu yang langsung menyapanya. "Siapa yang Kau cari Sipatung Merah?" Jamaludin terkejut tak menyangka. la gelagapan. Sebentar ia ingin menjawab, matanya menatap tajam. Ia tak menyangka sama sekali. Menyadari lelaki yang seperti tukang sapu itulah orang yang ditujunya, ia jadi sungkan, dan langsung menunduk sambil bersalaman.

"Maaf saya terlambat Mamak."

Mereka berangkulan. Jamaludin langsung dokumen itu. Lelaki itu langsung memberikan membukanya.

"Mereka betul-betul serius," gumamnya.

Kepalanya mengegeleng-geleng seakan tidak percaya dengan apa yang dibacanya. Sebuah strategi, sebuah rencana besar, penghancuran sebuah generasi sedang akan dimulai. "Kita sudah terlambat," gumamnya.

"Saya tidak bisa berlama-lama, saya harus segera berangkat. Saya takut keluarga saya dalam keadaan terancam."

"Mau kemana kamu? Apa tidak istirahat dulu?"

Jamaludin hanya tersenyum kecil. "Saya mesti segera pulang ke Seberang Padang." Mereka berangkulan sebelum berpisah. Banyak kata yang semestinya terucap, tapi sebuah rangkulan sudah mewakili semuanya. Bahkan Jamaludin tidak sempat meneguk segelas kopi sekalipun. Ia harus segera menuju ke rumah orang tuanya, di daerah Seberang padang.

14