Halaman:Rimba-Rimba.pdf/211

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

Rimba-Rimba

Kisah itu akan tetap terkubur bersama tubuhnya yang sebentar lagi akan menyatu lagi dengan tanah. Cerita itu akan hilang ditelan masa. Satu kisah yang tidak pernah diketahui cucu-cucunya. Ia tidak mau generasi mendatang itu jadi luka. Ia tidak mau cucu-cucunya tersiksa perasaan. Dia tidak ingin kebanggan akan menjadi kekecewaan jika itu diceritakannya. Bahkan ketika dia masih hidup sekalipun, dia sangat takut akan satu pertanyaan cucu-cucunya, “Apa bukti semua itu?”

Untung saja tidak seorang pun yang ingat untuk menanyakan hal itu. Ia bersyukur tidak ada yang menanyakan hal itu,

“Mana monumennya?”

“Mana tanda-tandanya. Bukankah sebuah perjuangan mesti dibuktikan degan monumen?”

Cucu-cucunya lupa menanyakan hal itu.

Di Bukit Batabuah, masih di Jorong Koto, di sanalah masyarakat yang jadi korban perang saudara itu dimakamkan. Puluhan orang dikubur di tempat itu. Mereka adalah korban perang. Korban pemberontakan. Di bukit itu juga empat orang temannya dikuburkan.

Kini, bukit itu sudah dilanyau eskavator. Dilanyau mesin-mesin bergigi tajam untuk penambangan biji besi. Apakah yang akan mengingatkan generasi masa depan tentang sejarah yang pernah bertalu selain monumen atau kuburan. Lalu adakah monumen yang pernah mengingatkan kita tentang PRRI tentang pemberontakan berdarah yang pernah terjadi itu. Bukankah PRRI hanya diingat sebagai sejarah yang kusam dan meluluhlantakkan harga diri orang Minang. Orang Minang yang kalah perang.

Adakah yang bisa mengingatkan kita tentang PRRI selain selembar kurang tulisan di dalam buku sejarah