Halaman:Rimba-Rimba.pdf/210

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

Rimba-Rimba

Cucu-cucunya terus mendesak untuk sekadar mendengar cerita-cerita heroiknya di masa lalu.

“Ulang lagi.”

Ia terpaksa mengulang dari awal sampai akhir. Dan entah untuk keberapa kati diulangnya cerita itu sampai anak-anak kecil itu tertidur.

Walau setiap hari cerita itu diulang, namun tetap menarik bagi cucu-cucunya itu. Mereka menyimak dengan seksama dan tatapan mata yang utuh. Cerita yang menjadi ritual pengantar tidur.

Bagi mereka kisah-kisah perjuangan kakeknya itu sama seperti cerita kancil dan mentimun. Cerita itu akan dibingkai emas dan digantung di ruang tengah.

“Wahai teman-teman, wahai orang kampung, inilah kakekku, Johan Si Pejuang.”

Kakek itu tidak melarang mereka merangkai cerita itu dalam bingkai emas, dia mengerti, setidaknya hanya itu yang bisa diberikannya untuk generasi mendatang. Setidaknya cucu-cucunya itu akan bangga tentang masa lalu keluarganya.

Biarkan mereka memiliki kebanggaan dalam diri mereka sendiri. Ia selatu rajin menceritakan kisah-kisah itu, Ia ingin cerita itu hidup agar generasi mendatang tidak kehilangan cerita.

fa ingin menceritakan kisah itu agar generasinya tidak lupa dengan asal usul. Ia ingin menceritakan semua kisah itu agar cucu-cucunya itu punya sesuatu untuk dibanggakan. Kini lelaki tua itu sudah tiada. Seminggu lalu ia wafat, Namun cerita dalam bingkai emas itu bisa dibaca semua orang. Semua kisah itu dihafal orang. Akan tetapi tidak seorangpun yang tahu, tentang Suatu kisah yang tidak akan pernah diceritakannya. Kisah yang sengaja ia sembunyikan.