Halaman:Rimba-Rimba.pdf/184

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

Rimba-Rimba

“Ayo cepat. Kalian pasti Harimau Campo. Saya disuruh Buya Main Mandaro menjemput kalian,” katanya.

Mereka tahu si mata sipit itu adalah orang Jepang. Tapi tidak ada waktu untuk menjelaskan lagi. Sebab dari pandangan mata batin Johan bahaya ada di belakangnya. Ada pasukan yang sedang mengejar mereka di belakang.

Merekapun masuk.

“Masya Allah.”

Mereka takjub.

Terkejut dengan semua pemandangan itu.

“Siapa yang membangun tempat ini? Jin atau malaikatkah?” kata Johan. Johan pun melihat scorang tua dalam keadaan bergegas.

“Buya...”

“Itu Buya Malin...”

“Buya Malin Mandario..”

Teman-teman yang lain pun mendekat. Mereka kemudian mengejar buya. “Kalian...”

“Kalian sampai...”

Mereka pun berangkulan.

“Kami tidak menyangka akan sampai buya...”

“Alhamdulliah..”

“Kalian sampai juga rupanya?”

Johan mengenal suara itu," ia segera membalikkan badannya.

“Pak Mangkuto...”

“Ya....."

“Apa ini. Katanya ke Sangir..”

“Tidak jadi, rencana berubah.”

Johan merasa dipermainkan. Ia ingin marah. Namun pertemuannya dengan Buya melupakan kemarahannya untuk sesaat.

168