Halaman:Rimba-Rimba.pdf/18

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

Rimba-Rimba


"Kabar apa yang akan Letnan sampaikan, sepertinya sangat penting?" Ia memberanikan diri bertanya.

Orang yang ditanya tidak segera menjawab. Wajahnya terlihat berat. Mukanya memerah. Kumis-kumis itu seakan rontok. Beberapa kali ia hanya batuk kecil sambil mengisap rokok. Gerak tubuhnya membawa Jamaludin kian mendekat.

Sang Letnan mengambil sebuah dokumen dari dalam lacinya. Memberikan ke Jamaludin. "Jangan dibuka sekarang. Segera berangkat ke Padang, pastikan dokumen ini harus sampai ke tokoh PRRI, kapan perlu berikan ke tangan Ahmad Hussein langsung. Segeralah pergi, sebentar lagi mereka akan rapat besar." suaranya berat dan pelan, sangat hati-hati, seakan dinding-dinding itu punya telinga. Dan ia tidak ingin pembicaraan mereka didengar.

"Ke arah mana pertemuan ini Letnan? Apa artinya semua ini?" Sang Letnan tidak menjawab. Pertanyaan itu baginya tidak membutuhkan jawaban. Ia tahu Jamaludin adalah anak buahnya yang terlatih dan sangat bisa diandalkan.

"Laksanakan tugas."

"Siap Letnan."

Sang Letnan memberi isyarat supaya dia segera meninggalkan markas itu sebab tidak aman berlama-lama di markas itu. Lagipula ia tidak ingin kehadiran anak

4