Halaman:Rimba-Rimba.pdf/166

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

Mereka diasingkan dari kehidupan luar. Di luar sana, puluhan atau bahkan ratusan OKR mencari, menfitnah, atau bahkan juga akan membunuh mereka.

Mereka tahu tidak mungkin memenangkan peperangan itu. Malah menurut kabar, Ahmad Husscin sudah siap menyerah untuk menghindarkan korban lebih banyak. Walaupun kalah, generasi Minang ke depan harus dihindarkan dari dampak psikologis perang. Generasi tidak boleh kalah. Mereka tahu, itulah tujuan berada di sana. Setelah perang usai, para ulama itulah yang diharapkan bisa mengobati luka itu.

Siang itu Buya Malin terlibat diskusi hangat dengan beberapa ulama lain. Mereka membahas nasib kampung mereka ke depan pascaperang.

Hari esoknya mereka berdiskusi tentang cara menyelamatkan generasi mendatang. Esoknya lagi mercka membahas bagaimana memebangkitkan perekonomian yang hancur. Diskusi untuk memanfaatkan waktu agar tidak jenuh.

Mereka juga merencanakan untuk membangun sebuah pesantren. “Dari pesantren inilah kita bangun lagi kampung kita,” ujar Buya Malin Mandaro.

“Betul sekali,” ujar yang lain.

Begitulah diskusi yang mereka lakukan sepanjang hari. Diskusi-diskusi untuk menunggu perang usai. Bisa jadi perang berhenti sebulan lagi, setahun fagi, atau tidak akan pernah berhenti-berhenti sampai semuanya mati. Selama mereka berdiskusi bcberapa orang terlihat berjaga. Mereka harus awas, jangan sampai OKR atau tentara pusat menyelusup.

Ketika sedang berdiskusi, Tanaka yang sudah berganti nama dengan Muhammad Iklas datang. Ia ikut