Halaman:Rimba-Rimba.pdf/155

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

Rimba-Rimba

sebagai tokoh PRRI. Dengan alasan sarang PRRI, OPR yang membonceng di dalam tubuh pasukan pusat pun bebas berkeliaran.

Isu beredar dengan cepat. Terakhir tersiar kabar APRI akan melakukan agresi ke kampung itu, Selain itu tersiar kabar jika betul warga tidak mendukung PRRI harus membakar rumah masing-masing dan warga harus mengungsi secepatnya. Membakar rumah dan Masjid dengan tujuan tidak ada lagi aktivitas mencurigakan di dalam rumah.

Sebentar saja, kampung itu menjadi lautan api. Hampir di semua jorong api berkobar dengan cepat. Warga mengungsi entah kemana.

Sore, hujan mulai rintik. Dingin mendesah melewati celah-celah jendela. Walinagari Aie Dingin Syafei termenung di beranda. Ia sangat gusar semenjak kedatangan beberapa orang dari OPR kecamatan tadi sore.

“Bapak harus menentukan sikap, berada di pihak pemberontak atau pemerintah?”

Syafei gusar dengan pertanyaan mereka. Seolah-olah dia disudutkan dan dituduh sebagai walinagari yang membantu pemberontak.

Mukanya merah. Kekecewaan terlihat jelas dari dalam dirinya. Ia seorang yang sangat dihormati di kampung itu. Tiba-tiba saja beberapa orang yang menamakan dirinya OPR datang dan menuduhnya dengan tuduhan keji.

“Apa kalian menuduh saya membantu pemberontak?”

Syafei bersuara keras. Ia berdiri tegak. Sungutnya bergerak-gerak.

139