Halaman:Rimba-Rimba.pdf/154

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

Baiturrahmah di Jorong Koto. Berbagai macam acara yang digelar. Mulai dari siraman rohani dari Buya Malin Mandaro hingga perlombaan membaca Qur'an.

Pemuda-pemudi begitu kompak dan bersemangat. Setiap minggu itu juga terlihat datuk-datuk dari berbagai suku yang ada di kampung itu. Ada Datuk suku Bendang, Datuk Suku Caniago, Datuk Kutianyir, dan Datuk Melayu.

Semaraknya acara-acara keasamaan di kampung itu tidak terlepas dari peran Buya Malin Mandaro. Ia sangat disegani di kampung itu. pengaruhnya tidak hanya di kampung itu, namun sudah menjelajah ke kecamata lain.

Ia berasal dari suku Caniago, umurnya sudah 59 an. Namun masih terlihat muda. Buya terlahir dari seorang ayah yang hanya petani kecil, namun juga seorang ulama. la punya tiga saudara. Buya yang paling besar, kemudian Nur Aisyah dan Saniar kemudian yang laki-laki satu lagi meninggal dunia waktu masih muda.

Namun kedamaian kampung itu terusik dengan perang. Sebagai penganut Islam yang taat, kampung itu menjadi salah satu target operasi PKI. OPR-OPR pun bergeriya siang malam.

Para tokoh-tokoh masyarakat di kampung itu pun sudah ditetapkan sebagai target pembunuhan. Buya berada di urutan teratas. Nama-nama itu sempat bocor ke penduduk. Membuat kampung buncah.

Melihat kenyataan seperti itu, penduduk mulai ketakutan. Malah, sudah banyak yang mengungsi ke kampung-kampung lain yang terdekat.

Kampung itu dituduh sebagai markas PRRI, Warga kampung selalu memberi bantuan makanan kepada PRRI. Malah beberapa murid mengaji Buya juga dikait-kaitkan