Halaman:Rimba-Rimba.pdf/129

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

“Beni...."

Malik dan Mansur tidak bisa menahan emosi. Dia berteriak. Tapi Mangkuto cepat mengetengahinya.

“Kalian akan lebih terkejut lagi dengan apa yang akan aku katakan ini.”

“Apa?”

“Teruskan...”

“Sabar...”

“Kami sudah tidak sabar lagi..”

“Baiktah. Dari dulu PKI selatu menganggap kaum agama dengan partai Masyuminya adalah musuh bagi mereka. Mereka tahu Sumatera Barat adalah daerah penghasil ulama-ulama besar. Kalian tahu keturunan Minangkabau malah menjadi Khatib dan imam di Masjid Nabawi.”

Kedua orang itu mengangguk-anggukan kepalanya membenarkan perkataan Mangkuto itu.

“Kalian tahu pemimpin-pemimpin Minang sangat disegani di kancah nasional. Tujuan kehadiran komunis dengan sandi “rantai” adalah untuk menghabisi semua ulama di Sumatra Barat. Dengan tuduhan sebagai pemberontak, PRRI, pasukan rimba atau kalaupun tidak terbukti mereka akan menuduh telah ikut membantu pemberontak. Kalian tahu hukumannya adalah mati."

Mereka terhenyak. Merasa bersalah dan seakan ingin agar Mangkuto melanjutkan ceritanya itu.

“Mereka ingin menghabisi ulama-ulama di Sumatra Barat dengan berlindung di balik penumpasan PRRI.”

“Licik.”

“Kej.”

“Jahat, Benar-benar jahat.”

“Lalu bagaimana seterusnya?”