Halaman:Rimba-Rimba.pdf/113

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

Rimba-Rimba

“Komandan kenapa mereka tidak menembak,” ujar salah seorang pasukan pusat pada Sersan, komandannya.

“Tenang. Kita lihat perkembangan.”

Suasana semakin mencekam. Hampir setengah jam kondisi saling siaga.

Kedua belah pihak saling mengarahkan senjata. Dari kejauahan terlihat Beni mengibar-ngibarkan bendera merah.

Melihat hal itu, Sersan Sumito mengangkat tangan untuk memberi kode agar pasukannya tidak melakukan apa-apa.

“Rantai...”

Beni berkali-kali meneriakkan kata itu.

Mendengar kata sandi itu Sumito menjawab, “Besi untuk rantai,” akhirnya dia bangkit dari tempatnya semula tiarap.

Kemudian mendekat ke arah pasukan Beni dan merangkulnya dengan erat.

“Kawan..., kenapa tidak bilang dari tadi.”

“Kawan semakin sehat rupanya,” katanya.

Kemudian mereka seakan berbicara biasa tidak mau terlihat begitu akrab di hadapan pasukannya.

Kemudian Sumito memanggil anak buahnya dan mengatakan pasukan Beni adalah PRRI yang akan menyerah dan biarkan pasukan lain yang membereskannya.

Kemudian pasukan Beni masuk kembali ke hutan. Namun dari wajah Beni terlihat senyuman yang sangat dalam artinya.

“Informasi darimu kawan sungguh berarti,” katanya.

“Tentang apa Komandan,” tanya anak buahnya.

97