Halaman:Rimba-Rimba.pdf/111

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

Rimba-Rimba

tidak berguna lagi akan dibuang. Alat yang jika sudah memberi celaka kepada tuannya akan dicampakkan. Dan persetan dengan "rantai" itu. Ja hanya perlu uang untuk makan keluarganya.

“Maaf kawan...”

Wahyudi meninggalkan jasad Syamsul yang tergeletak. Kemudian dia cepai menyusul pasukan yang ada di depan. Nafasnya terengah-engah. Seraut penyesalan terlihat di matanya. Sesampai di pasukan dia membisikkan sesatu di telinga Beni. Muka Beni berubah menjadi merah dan dadanya sesak.

Beni melepaskan tembakan ke udara saking marahnya.

“Pengkhianat..”

“Mengapa ada pengkhinat...”"

“Siapa lagi yang akan berkhianat...?”

”Ayo biar saya tembak...”

Tapi itu tidak lama, akal sehat sudah kembali.

Ia bergegas pergi meninggalkan tempat itu. paling tidak untuk menuju Aie Dingin, Dari posisinya sekarang ke Aie Dingin bisa ditempuh dua jam perjalanan.

“Kawan-kawan, kita harus bersikap biasa jika berpapasan dengan pasukan lain. Di hutan ini terlalu banyak pasukan-pasukan yang di luar komando,” tegasnya.

Mereka sengaja mengambil jalan melingkar. Dengan begitu sulit bagi pasukan lain untuk melacak keberadaan mereka. Sesampai di rimba Aie Dingin mereka mengambil arah ke jalan raya. Tiba-tiba pasukan Beni sudah bersiap mendengar derap sepatu serdadu yang ada di depan mereka. Mereka tahu itu pastilah tentara pusat. Namun mereka tetap bersiap untuk segala