Halaman:Rimba-Rimba.pdf/110

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

Rimba-Rimba

kawan-kawannya, namun dia juga menyaksikan bagaimana sepak terjang Harimau Campo dalam peristiwa Aie Dingin Badarah.

Kemudian pasukan itu bergerak bersamaan. Setelah berjalan sekitar seratus meter Beni menyadari jumlah mereka kurang satu.

“Mana Syamsul?”

"Tidak terlihat Letnan...”

“Kejar..., habisi saja jika mencurigakan.”

“Saya tidak akan mentolerir pengkhianat.”

“Ayo, kita mesti bergegas. Posisi kita sudah diketahui."

Sementara di belakang, ketika yang lain tidak memperhatikan, Syamsul mengendap dan keluar dari barisan. Kemudian menghilangkan diri di balik semak-semak belukar.

Secarik kertas yang disimpannya dalam baju kemudian dikeluarkan dan diletakkan di bawah batu. Ia mematahkan beberapa ranting yang ada di situ.

“Hei, kembali...”

Syamsul yang mendengar teriakan itu bukannya kembali. Ja malah lari kearah hutan.

“Dorrr...”

Lelaki tu tidak bisa berbuat banyak. Tidak diperlukan banyak argumen atau penjelasan. Demi keselamatan dan keutuhan “rantai” apapun harus dilakukan.

Sebenarnya membunuh teman sendiri sangat menyakitkan bagi Wahyudi, Walau bagaimana juga Syamsul adalah teman baiknya. Mereka selalu bertukar pikiran satu sama lainnya.

Mereka juga bukanlah orang-orang lama di dalam "rantai". Mereka hanya alat bagi Beni. Alat yang jika 4