Halaman:Puisi Afrizal Malna; Kajian Semiotika.pdf/69

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

Mungkin saja penyairnya mempertimbangkan adanya proses transaksi budaya dan kekuasan melalui mekanisme yang dinamakan dengan hegemoni. Dengan kata lain, menjadikan segala bentuk dominasi oleh pihak pengisap kepada yang diisap tanpa berterusan melalui kekerasan, tetapi melalui normalisasi kesadaran massa bahwa apa yang ditawarkan kepada mereka adalah sesuatu yang normal dan lazim dan menjadi kebutuhan. Hal itu mungkin menjelaskan bahwa setelah mereka diisap, lalu mereka pun digiring untuk mengisap sendiri apa yang ditawarkan dalam pengisapan itu.

Kata mengisap kemudian dijelaskan sebagai belajar dalam kalimat Belajar memilih hari yang lain, dari sebuah novel yang tidak menyimpan racun. Frasa novel yang tidak menyimpan racun merupakan frasa yang mengandung unsur negasi, yaitu kata tidak menyimpan racun. Ini mengisyaratkan bahwa tokoh simbolik Sitti berusaha keluar dari apa yang membelenggunya, yaitu dari novel yang tidak menyimpan racun. Racun merupakan tanda ikonik dan simbolik dari hal yang mematikan atau yang membusukkan. Mungkin yang dimaksud dengan racun itu adalah yang merujuk kepada tanda ikonik tradisi dan kolonialisme tersebut.

Pada bait ketiga, ada personifikasi anak-anak yang menari, bernyanyi, dan bergembira di dalam novel yang lain. Bait itu masih merupakan simbolisasi tentang perempuan. Hanya saja, Sitti pada bait itu bukanlah sebagai Sitti yang primordial dalam novel yang dimaksudkan sebagai sumber penciptaan tokoh Sitti, yaitu kisah yang ditulis dalam novel Sitti Nurbaya. Hal itu menandakan bahwa si aku lirik mengalihkan pembicaraan dengan mengadakan pelebaran pemaparan, tetapi masih menggunakan Sitti sebagai simbol perempuan.

Diksi anak-anak dalam kalamat anak-anak menari, menyanyi, dalam novel yang lain berlaku sebagai subjek yang melakukan pembacaan terhadap kisah yang menyangkut hal perempuan. Mereka melakukannya dengan mengambil inspirasi dari pribadi ibu dan bukan dari sudut pandang yang lain, seperti sudut pandang kaum laki-laki. Hal itu ditandai oleh pemakaian simbol ibu dalam kalimat mereka memakai tubuh

55