Halaman:Puisi Afrizal Malna; Kajian Semiotika.pdf/55

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

dalam alinea yang tidak terlalu panjang adalah untuk memberikan pengelompokan gagasan utama dan penjelasan berupa detail.

Penampilan puisi Malna tersebut mengisyaratkan bahwa puisi justru terbentuk atau ditentukan oleh ruang dan alasan praktis untuk dapat dibaca secara tidak melelahkan.

Kalimat dalam puisi tersebut ditandai dengan permulaan frasa dengan huruf kapita! dan diakhiri dengan tanda titik. Sajak itu terdiri dari tiga bait, dua bait terdiri dari masing-masing sembilan kalimat. Bait terakhir hanya terdiri atas satu kalimat saja. Jika dihitung jumlah lariknya, terdapat dua puluh satu larik, tetapi pemotongan larik tersebut tidak memperhatikan pemotongan frasa. Dengan kata lain, kata itu hanya merupakan masalah teknis semata.

Tanda baca yang hadir pada sajak tersebut adalah tanda [,] dan tanda [.]. Bentuk bait seperti itu menampilkan sebuah intensitas pertentangan subjek aku dengan sosok ia di dalam sajak tersebut. Dari awal hingga akhir sajak, aku lirik memang berhadapan dengan sosok ia secara langsung.

Permainan bunyi dalam sajak itu tidak begitu intens, tetapi masih dapat ditemukan di beberapa bagian. Aliterasi yang terlihat menonjol adalah permainan huruf r, seperti ia memebeli lemari baru, tempat tidur baru, meja dan lampu kamar, atau Si maut tidak pernah keluar dari kamarku kamar seperti akan tenggelam ke dalam pagar-pagar jiwa.

Di bait kedua juga terdapat permainan bunyi r. Si maut itu telah membuat kamar tidurku seperti sebuah gereja yang rusak. Penonjolan bunyi nasal m dan ng juga tampak kentara dalam bait pertama dan kedua, seperti si maut sudah datang membuat kamar dalam perutku, ia membeli lemari baru, tempat tidur baru, meja dan lampu kamar. Permainan aliterasi ini menimbulkan kesan kesemrawutan dan kesumpekan dalam metafora yang disebut dengan kamar. Kamar digambarkan sebagai tempat yang penuh dengan benda dan di sana terdapat dua orang atau dua sosok yang saling berhadapan.

Dalam bait pertama itu digambarkan metafora sosok Si maut itu bagaikan seorang yang memiliki kamar, yaitu metafora

41