Halaman:Puisi Afrizal Malna; Kajian Semiotika.pdf/53

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

3.3.2 Kesemuan, Kamuflase

Komunikasi sudut pandang sajak itu melibatkan komunikan dua arah. Yang pertama adalah si aku lirik "saya" (P-1) yang bicara kepada komunikan yang kedua, yaitu pembaca implisit (P-2). P-1 menyapa P-2 di bait pertama, sedangkan P-2 ada di bait kedua.

Judul sajak itu menandakan bahwa tanda referensial langsung merujuk pada tanda ikonik televisi. Tanpa ada "televisi bernama“, pembaca akan kesulitan menemukan tanda referensialnya. Akan tetapi, di dalam judul puisi itu terdapat ambiguitas referensial tanda ikonik "OO", yang pada dasarnya "nol nol" itu tidak merujuk ke mana-mana selain pada kehampaan. "OO" menandakan juga sesuatu, yaitu dalam referensial chanel atau saluran televisi tentu mempunyai saluran satu, dua, tiga, dan seterusnya, ada sebutan saluran "ini" atau saluran "itu". Akan tetapi, "OO" menandakan bahwa peniadaan makna dari semua saluran itu menjadi derajat nol.

Klausa terakhir agaknya sejajar dengan OO, Dada. Dalam rujukan referensialnya, literatur pemikiran puisi Malna, hal tersebut jelas merujuk pada gerakan dadaisme. Di dalam kata "dada" dimaksudkan tidak mempunyai arti apa-apa. Jadi, secara referensial kata dada memiliki kesetaraan makna dengan tanda simbol OO, yaitu derajat nol. Kemungkinan kedua adalah dada sebagai ucapan sapaan selamat tinggal bagi kehampaan sihir televisi.


3.4 Bahasa sebagai Sumber Masalah

Sajak "Lorong Gelap dalam Bahasa" merupakan satu dari sekian sajak Maina yang mewakili pandangan asal terhadap persoalan bahasa. Bagi Malna, bahasa memberi efek tersendiri terhadap pandangan asalnya mengenai bahasa yang murni, yaitu fungsi bahasa yang tidak menghasilkan efek negatif dan tidak mengandung muatan ideologis tertentu. Ini merupakan hal yang mustahil dan penyair pun kiranya hanya menemukan dirinya di dalam lorong yang gelap dalam bahasa. Berikut ini adalah kira-kira gambaran penyair mengenai bahasa.

39