Halaman:Puisi Afrizal Malna; Kajian Semiotika.pdf/42

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

menyingkap. Akan tetapi, yang tidak bisa pula dilupakan adalah dari pembacaan lahir pula teks-teks baru.

Mengenai bentuk bait puisi Malna, secara semiotis ia tidak mempunyai maksud untuk menekankan atau memaksudkan makna tertentu dari kesatuan makna sajaknya. Dalam beberapa kumpulan puisinya, kadang-kadang ditemukan bait yang mengikuti bentuk konvensional. Di lain tempat dalam salah satu bukunya, puisi Malna terbentuk dari beberapa paragraf pendek yang tidak mempertimbangkan pemotongan kalimat yang menentukan mood atau intonasi secara audio jika dibacakan. Ia pun menyebutkan bahwa bait puisinya tidak lantas menjadi identitas puisinya (Malna, 1999).

Dalam buku Malna tidak ditemui tipologi puisi yang dikatakan sebagai puísí abstrak ala Sutardji. Jadi, operasi semiotika yang ada dalam puisiya tidak ditentukan oleh bentuk puisinya. Hal yang mungkin dilakukan dalam telaah semiotiknya adalah pada tingkat sintaksis, yaitu pada tataran kalimat dan loncatan frasa yang tidak terduga-duga. Dalam edisi Kalung dari Teman, ataupun Arsitektur Hujan, sajak itu terdiri dari tiga bait yang terdiri dari 18 kalimat, yaitu klausa yang ditandai dengan tanda [.]. Kalimat terpendek adalah kalimat kelima yang hanya terdiri dari satu kata saja, yaitu "Asia." Kalimat itu mengandung kaitan makna yang dimampatkan, seperti sebuah kesimpulan dari hubungannya dengan diksi dan kalimat sebelum dan sesudah kata "Asia" tersebut.

Secara ikonik, kalimat pendek "Asia" dan sebuah tanda titik menimbulkan kesan sebuah nada kemasygulan. Hal itu dikaitkan dengan klausa berbunyi matahari telah berlepasan dari dekor-dekornya. Asia merupakan pangkal persoalan yang dipikirkan oleh penyair. Asia memuat kandungan beban sejarah umat manusia yang dulunya berlaku sebagai salah satu tanah sumber peradaban dunia. Namun, kini nostalgia itu menjadi sebuah ironi manakala Asia hanyalah sebagai pecundang yang menjadi rebutan kekuatan asing di zaman kolonialisme kuno hingga kini.

Dari judulnya, kita dapat melihat sebuah personifikasi dari tanda indeksikal Asia jika kita memproyeksikan pandangan

28