Halaman:Puisi Afrizal Malna; Kajian Semiotika.pdf/16

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

Di satu sisi, ia adalah seorang penyair yang tumbuh di sebuah kota, yaitu Jakarta, tempat pertemuan beragam budaya dan tradisi. Di sana terjadi peleburan baru dan terbentuknya sebuah bahasa dan identitas yang hampir sama sekali baru, bahkan menyebabkan keterputusannya dengan akar budaya. Di sisi lain ia menyadari bahwa ia berada di daerah "perbatasan" di tengah dunia yang dilanda oleh modernitas dengan jejak-jejak kolonialisme masa lalu, kapitalisme, bahkan globalisasi ekonomi yang direkamnya dalam puisi-puisinya, dan penataan kembali budaya nasional oleh negara berkembang seperti Indonesia, demokrasi. Karena itulah persoalan puisi baginya bukanlah hal yang sederhana, tetapi bahkan ia memuat gagasan besar yang tengah berlangsung dalam kebudayan kita.

Gagasan yang terlihat dalam puisinya menunjukkan kritik penyair dalam dunia yang serba tanggung ini. Puisinya hadir dengan mengandung tanda-tanda kegelisahan sang penyair di tengah persoalan sosial walaupun tidak mengandung romantisme yang sering menjadi ciri literer penulisan puisi. Untuk memahami pusinya, kita bisa mendekatinya secara semiotis. Secara semiotis puisinya menunjukkan keunikan tidak hanya pada tataran bahasa, tetapi juga pada tanda-tanda budaya.

1.2 Masalah

Dengan alasan yang dikemukakan dalam latar belakang, masalah dalam penelitian ini dibatasi pada dua persoalan, yaitu sebagai berikut.

  1. Bagaimana bahasa puisi dan tema-tema yang terdapat dalam puisi Afrizal terbentuk secara semiotis?
  2. Bagaimana sistem pertandaan itu berfungsi dalam sajak Afrizal Malna?

1.3 Tujuan

Penelitian ini bertujuan menjawab pertanyaan bagaimanakah sikap penyair terhadap bahasa sebagai salah satu persoalan identitas? Apakah gambaran konsep pemakaian bahasa dari penyair yang dipengaruhi oleh 'pandangan dunia'

4