Halaman:Propinsi Sumatera Utara.pdf/763

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

berhitung itu, dapat memahami seperlunja surat-surat pemberitahuan atau pengumuman jang dikeluarkan oleh pihak berkuasa, demikian pula mengenai surat-surat padjak. Dan mereka tahu pula mentjatat dan menghitung banjaknja labarugi, bila mereka berdjualan dipinggir djalan, membuka kedai nasi atau warung kopi.

Itulah tiada lebih asal-mula maksud dan tudjuan pemerintah kolonial Hindia-Belanda dahulu mendirikan sekolah-sekolah ditanah-air kita ini, chususnja di Sumatera Utara, jang dimulainja dengan mendirikan sekolahsekolah berderadjat pengetahuan jang minimaal itu, jaitu dikota-kota besar (ibukota residentie), ber-angsur-angsur kemudian di- ibukotaibukota afdeeling, seterusnja di-tempat-tempat kedudukan controleur (onderafdeeling) dan di-tempat-tempat jang lebih rendah kedudukannja.

Pertama-tama kali sekolah itu dibuka di Sumatera Utara ini ialah di Tapanuli.

Sekolah itu dinamai „Sekolah Kelas II" (Inlandsche School 2e klasse) dengan 3 buah kelas. Beberapa tahun kemudian didjadikan 4 buah kelas. Kemudian lagi 5 buah kelas, hingga sesudah tahun 1902 semua Sekolah Kelas II itu mempunjai 5 buah kelas. Peladjarannja ditambahi dan mutunja diperbaiki sesuai menurut kepentingan pihak berkuasa dan masjarakat.

Untuk guru-guru Sekolah kelas II, jang kemudian dibuka lebih banjak itu, didirikanlah sebuah Sekolah Guru (Kweekschool di Padangsidempuan (Tapanuli Selatan). Guru-guru tamatan sekolah ini juga disebarkan ke-daerah-daerah Sumatera Timur dan Atjeh. Merekalah sebenarnja jang mendjadi pelopor, perintis djalan jang mulai menguakkan kegelapan dilapangan pendidikan dan pengadjaran di Sumatera Utara ini.

Suatu panitya jang dinamai „Inlandsche Schoolcommissie" dibentuk pula berikutnja, jaitu untuk mendjaga agar peraturan-peraturan jang ditetapkan untuk keselamatan dan kebaikan sekolah serta pengadjaran didjalankan dan diturut oleh guru-guru dengan se-baik-baiknja.

Oleh sebab guru-guru jang terdidik lambat-laun tiada lagi mentjukupi, jaitu tiada sebanding dengan perkembangan djumlah murid jang terus djua ber-tambah-tambah, maka diangkatlah berikutnja guru-guru jang beridjazah guru-bantu.

Didaerah Tapanuli mulai dari kelas 1 sampai dikelas 3 dipakai bahasa daerah sebagai bahasa pengantar, sedang dikelas 4 dan 5 dipakai bahasa Melaju (Indonesia).

Lain halnja didaerah Sumatera Timur dan Atjeh. Meskipun dikedua daerah ini ada bahasa -bahasa daerah Simelungun, Karo, Atjeh dan Gajo, namun karena dalam bahasa-bahasa daerah itu tiada diterbitkan buku-buku peladjaran, maka bahasa Melaju-lah jang dipakai sebagai bahasa pengantar. Tambahan pula guru-guru jang didatangkan dari luar daerah hanja pandai mengadjar dalam bahasa Melaju sadja.

Berhubung dengan maksud dan tudjuan pihak berkuasa diwaktu itu mendirikan sekolah-sekolah itu terutama untuk keperluan dan ke-

741