Halaman:Propinsi Sumatera Utara.pdf/712

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

bersih dari nafsu mementingkan diri sendiri-sendiri dan seterusnja dapat mengisi perdamaian dan kesedjahteraan hidup bersama diatas dasar harga-menghargai, tolong-menolong setjara kekeluargaan dan perikemanusiaan.


Akan tetapi kepintjangan-kepintjangan jang dialami selaina ini tidaklah dapat dihilangkan dengan sembojan-sembojan dan tjita-tjita belaka, dengan tiada disertai oleh tindakan-tindakan dan perbuatanperbuatan jang njata, berpedomankan rentjana dan perhitungan jang masak pula. Inilah djuga tugas luhur, jang memang segera harus kita penuhi sesudah terbitnja fadjar kemerdekaan untuk bertanggung djawab atas nasib diri kita sendiri !


Maka lebih dari usaha -usaha ekonomi sadja, jang memang harus dilantjarkan dengan effisiensi jang sebesar-besarnja, tidaklah pula kurang pentingnja dilantjarkan usaha-usaha dari segi perikemanusiaan didalam pemulihan kesosialan kita dari keruntuhan-keruntuhan akibat perang, pendjadjahan dan gelombang-gelombang revolusi kita sendiri.


Keruntuhan kesosialan itu tidak dapat dipulihkan dalam waktu jang dekat, melainkan dengan kegiatan-kegiatan ekonomi kita sendiri dengan dilengkapi oleh usaha-usaha kita jang mengembangkan perikemanusiaan, jaitu dengan tolong-menolong antara sesama kita diatas dasar tjita-tjita kekeluargaan kita jang tradisionil : gotong-rojong !


Diperhatikan selama perkembangan sesudah kemerdekaan dan kedaulatan tertjapai, maka kegiatan-kegiatan jang dimaksud diatas njata tidak dialpakan sama sekali, sehingga dengan demikian, dibandingkan dengan keadaan semasa pendudukan Djepang, berangsur-angsur masjarakat di Sumatera Utara kembali menudju perbaikan-perbaikan,


Akan tetapi sudah teranglah ini tidak berarti, bahwa semua kepintjangan-kepintjangan dan perasaan-perasaan kepintjangan jang sudah ada itu hilang dari masjarakat.


Tekanan ekonomi masih tetap dirasai dipelbagai kalangan masjarakat.


,,Penjakit-penjakit" masjarakat masih belum dapat terbanteras sama sekali, misalnja sadja djumlah pengemis-pengemis belum dapat habis dikembalikan sebagai warga jang terhormat dalam masjarakat.


Sebaliknja tidaklah pula mutlak benar, kalau dikatakan, bahwa ,,penjakit-penjakit” masjarakat itu ialah akibat dari tekanan ekonomi semata-mata ! Anggapan demikian kiranja hanja akan merendahkan deradjat manusia dari machluk jang berpribadi untuk sanggup memperbedakan jang baik dengan jang buruk, Disinilah pula sebenarnja titik-berat harus diletakkan, bahwa pemulihan kesosialan kita dari keruntuhan-keruntuhan itu akan banjak bergantung kepada usaha-usaha jang menghidupkan dan menggembangkan perikemanusiaan sendiri !


Pribadi jang kokoh, jang mempunjai rasa-hormat-diri jang kuat, ialah benteng dalam menghadapi rupa-rupa pertjobaan hidup. Hingga bukanlah manusia harus mendjadi objek suasana sekitarnja semata-mata, tetapi sebaliknja mendjadi subjek jang dapat mengikuti dan memperhitungkan sendiri perkembangan-perkembangan jang dihadapinja.

690