Halaman:Propinsi Sumatera Utara.pdf/711

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

C. MASJARAKAT SOSIAL DAN TOLONG-MENOLONG


 Dalam menindjau sedjarah perkembangan kesosialan didaerah Sumatera Utara dengan menaruhkan titik-berat pada segi perkemanusiaan, maka perlu diketahui bahwa Sumatera Utara sebagai propinsi Indonesia jang letaknja terudjung disebelah Barat itu adalah meliputi 3 buah daerah dengan golongan penduduk, jang satu sama lain berlain lainan pembawaan. Berbeda-bedanja pembawaan ini adalah suatu faktor jang tak dapat diabaikan dalam melantjarkan usaha-usaha kesosialan dari segi perikemanusiaan menurut tjita-tjita kekeluargaan bangsa kita.

 Selain dari perbedaan kejakinan beragama antara satu dengan lain penduduk daerah, terdapatlah pula perbedaan tingkat penghidupan, ditilik dari segi perekonomian. Terutama didaerah Sumatera Timur, jang sedjak sebelum perang sudah terkenal sebagai daerah sasaran modal-modal besar bangsa asing, nampak njata perbedaan tingkat penghidupan itu.

 Medan sebagai ibukota propinsi merupakan pula pusat kegiatan perekonomian, dimana peranan pertama sebenarnja masih tetap terpegang ditangan bangsa asing, jang dibandingkan dengan di Tapanuli atau di Atjeh, adalah-lebih banjak djumlahnja di Sumatera Timur.

 Mulai dari kantor-kantor dan bank-banknja sebagai pusat kegiatannja diibukota propinsi ini, maka pengusaha-pengusaha asing itu sudah sedjak lama sebelum perang mendirikan perkebunan-perkebunan modern beserta pabrik-pabriknja jang menghasilkan bahan-bahan mentah penting untuk perdagangan eksport. Tidaklah pula diherankan, bahwa pada pengusaha-pengusaha asing inilah, jang umumnja terdiri atas bangsa-bangsa kulit putih terdapat tingkat kemakmuran hidup jang pertama.

 Sesudah itu terdapat pula golongan bangsa Tionghoa sebagai pemegang tingkat kemakmuran hidup jang kedua. Mereka ini terutama mengusahakan perdagangan bahan-bahan makanan dan lain-lain alat keperluan jang lebih langsung bagi penghidupan sehari-hari.

 Dan barulah kemudian terdapat bangsa Indonesia sendiri, sebagai jang menempati tingkat penghidupan jang ketiga atau terendah.

 Demikianlah, kalau ditindjau dari katjamata kebangsaan, disamping dilihat dari segi perikemanusiaan, maka diantara program-program kesosialan jang harus dilantjarkan sesudah tertjapai kemerdekaan dan kedaulatan bangsa kita, ialah dengan menghilangkan kepintjangan-kepintjangan kesosialan dilapangan kehidupan ekonomi itu, chususnja di Sumatera Utara.

 Lebih dalam haruslah dapat disedari, bahwa kepintjangan jang terlihat dimata adalah biasanja mengakibatkan pula kepintjangan dalam perasaan. Dapat kiranja dipahami, bahwa kepintjangan perasaan itulah jang selalu mudah mendjadi sumber perkembangan-perkembangan jang tidak diingini didalam masjarakat. Memang kemerdekaan jang sudah kita perdjuangkan dengan mahal itupun tidaklah lain dari menudju tertjapainja suasana kehidupan jang bebas dari kepintjangan-kepintjangan,

689