Halaman:Propinsi Sumatera Utara.pdf/703

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

diantaranja kami sebut usaha-usaha jang dilantjarkan oleh fihak perkebunan sendiri, Serikat-serikat Buruh seperti Sarbupri dan Perbupri.

Kebangkitan dapat djuga dipastikan adanja dilapangan Kursus Pengetahuan Umum (K.P.U.) Selama tahun 1951 dapat didirikan 25 cuah K.P.U. tingkat A jang mendaftarkan murid sebanjak 886 peladjar, diantaranja 339 wanita, dengan memakai tenaga pengadjar 121 guru. Dari djumlah murid tersebut pada achir kursus hanja terdapat 365 orang pengikut udjian, dari djumlah mana lulus 276 orang. Angka-angka tersebut tidak menjangsikan. Semangat untuk menempuh terus belum dipunjai setjukupnja. Sudah tentu faktor-faktor lain ikut djuga memberi ketentuan: mutu peladjaran, mutu peladjar sebelum masuk, pengharapan-pengharapan jang spekulatif dsb.nja. Akan tetapi keadaan seperti itu tak mungkin lain. Pertanjaan, apakah para tammatan K.P.U. itu setelah mereka kembali kedalam lingkungan pekerdjaannja masing-masing merupakan kader jang berketjakapan, berbudi dan berkemauan baik, masih terlalu disangsikan. Pertama, pada satu fihak oleh karena umumnja tjorak peladjaran jang mereka terima dalam tahun 1951 itu masih tjenderung kearah pengisian otak dan kurang memperhatikan bimbingan praktis. Kedua, djumlah mereka jang tammat itu tak dapat tidak merupakan satu djumlah jang terlalu ketjil untuk dapat dikira sebagai satu tenaga jang berkenjataan. Ketiga, mereka dipersiapkan untuk lingkungan pekerdjaan jang belum berwudjud njata; jaitu desa otonoom.

Urusan Perpustakaan Rakjat berkembang dengan adanja pengirimanpengiriman kitab-kitab batjaan serta madjallah-madjallah dari Djakarta. Djuga dalam hal ini usaha jang didjalankan belum dapat dihitung sebagai satu faktor jang setjara massaal membawa masjarakat ketingkatan pengluasan pengetahuan, apalagi untuk mentjapai taraf ketjakapan membanding. Dalam mendirikan Taman-taman Perpustakaan atau Taman-taman Pembatjaan perlu djuga diperhatikan sjarat oto-aktiviteit masjarakat sendiri, tidak hanja agar buku-buku jang diberikan terdjamin pemeliharaannja, melainkan lebih-lebih untuk mengetahui, apakah permintaan mendirikan Taman Perpustakaan itu benar-benar berdasarkan hasrat membatja dari masjarakat jang meminta. Permintaan serupa itu baru diladeni setelah para peminta memperlihatkan kesungguhan, berupa kegiatan mengichtiarkan ruangan tempat membatja, tempat menjimpan kitab-kitab dan susunan pengurus jang bertanggung djawab atas penjelenggaraan.

Dalam hal urusan Pemuda diambil langkah-langkah untuk membentuk instituut-instituut jang bermaksud menggerakkan pemudapemuda kearah pendidikan diri sendiri, dalam instituut mana mereka dapat bertemu dan bertukar fikiran sebagai dasar bagi setiap bentuk kerdja-sama. Instituut- instituut itu diberi nama PANTI PEMUDA. Tetapi apakah jang dapat diharapkan dari pada maksud bertemu, bertukar fikiran dan seterusnja bekerdja-sama, djika tempat bertemunja tidak ada. Kekurangan akan rumah-rumah ataupun tempat berkumpul terasa merintangi usaha ini.

681