Halaman:Propinsi Sumatera Utara.pdf/701

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

pengasuhannja tak dapat berlama-lama dibebankan lagi kepada mereka, karena itu berangsur-angsur diberbagai Ketjamatan diusahakanlah membentuk Panitia-panitia Pendidikan Masjarakat, jang terdiri dari orang-orang terkemuka dalam Ketjamatan. Tindakan seperti ini sebenarnja tidak harus diambil setjara „didatangkan dari atas”, sebab harus tumbuh dari masjarakat itu sendiri. Jang diharapkan dari pembentukan Panitia-panitia itu ialah agar usaha-usaha mendidik masjarakat dapat berlangsung dengan oto-aktiviteit masjarakat sendiri. Lambat laun mulailah nampak, bahwa banjak Panitia-panitia jang terbentuk dengan tjara itu kurang dapat memenuhi pengharapan. Ini disebabkan djuga oleh berbagai hal, misalnja dengan kurang diketahuinja arti dan tugas Pendidikan Masjarakat sedalam-dalamnja, ada pula jang ingin namanja tersebut sadja tetapi tidak memperlihatkan kegiatan. Adapula jang memang kurang perhatiannja terhadap soal-soal kemasjarakatan.

Kira-kira pada pertengahan tahun 1950 bahagian Pendidikan Masjarakat pada Djawatan P.P.K. tersebut tadi didjadikan apparatuur Inspeksi jang mendapat biaja tersendiri. Peraturan-peraturan pembiajaan kursuskursus mulai dikerdjakan. Bagi kursus-kursus jang tadinja belum pernah mendapat apa- apa pemberian bantuan jang sangat ketjilpun diterimanja dengan gembira. Akan tetapi bagi kursus-kursus baru hal itu merupakan satu perintang, karena menafsirkannja seakan-akan bantuan itu merupakan gadji atau upah.

Pada pertengahan tahun 1950 mulai berdiri sebuah Kursus Pengetahuan Umum tingkat B di Sibolga dan beberapa K¸P.U.-A dilain-lain tempat. Pada permulaannja kursus-kursus ini mendapat kundjungan ramai, seakan-akan Masjarakat pada waktu itu merasa benar-benar kekurangan akan pengetahuan. Tetapi pengharapan tersembunji jang mendorong para peladjar mengikuti kursus itu jakni untuk memperoleh kenaikan pangkat (civiel effect). Hal ini terasa mendjelma djuga dalam bentuk makin berkurangnja kegiatan beladjar, sampai mengakibatkan adanja kursus jang terpaksa ditutup.

Maksud K.P.U. untuk menghasilkan kader pembangunan tidak dapat dikatakan tertjapai pada waktu itu. Keadaan disekitar tempat adalah demikian rupa, sehingga orang-orang mendahulukan sjarat-sjarat lahir diatas kemadjuan batin, dan pangkat diatas pengetahuan. Baik dikalangan kepegawaian, maupun didalam hidup berorganisasi terdapat tendens anggapan diri jang berlebih (zelf-overschatting). Hal ini tidak mengherankan, kalau kita ingat sedjarah perdjuangan jang sedang baru ditempuhnja, selama mana kebanjakan sudah sempat merasakan diri sebagai pemegang tanggung-djawab, walaupun tidak djarang salah mendjalankan tanggung djawabnja itu.

Disamping P.B.H, dan K.P.U., soal Perpustakaan Rakjat berangsurangsur diperkenalkan djuga pada masjarakat dengan djalan mengichtiarkan berdirinja Taman-taman Pembatjaan dan Taman Perpustakaan diberbagai tempat. Walaupun Taman Perpustakaan jang agak lumajan persediaan bukunja menarik perhatian djuga, seperti jang ada di Sibolga,

679