Halaman:Propinsi Sumatera Utara.pdf/700

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

Disebabkan oleh hal-hal kedjadian-kedjadian, perlakuan-perlakuan jang tak dapat dielakkannja karena ia berada diluar kekuasaan kita pada masa jang silam, maka masjarakat kita mewarisi :

  1. Kekurangan tenaga-tenaga pentjipta jang berpotensi
  2. Djiwa jang ikut-ikutan.
  3. Kedangkalan, sikap tidak-perduli dan pandang-enteng.
  4. Kelemahan menghadapi kesulitan.
  5. Kegontjangan kepertjajaan atas tenaga diri sendiri.
  6. Hal menguntungkan diri sendiri jang merugikan Negara.
  7. Sisa-sisa pendjadjahan jang lain-lain.

Sebelum tahun 1950 pada Djawatan P.P.K. Sumatera ada satu bahagian jang mengurus Kursus-kursus Pembanterasan Buta Huruf, walaupun istilah nama dari bahagian jang bertugas itu merangkap satu pengertian jang lebih luas lagi. Waktu itu di Sumatera Timur dan Tapanuli sudah berdiri Kursus-kursus P.B.H., sebagian besar atas kegiatan organisasi-organisasi dan perkumpulan-perkumpulan, diantaranja P.G.R.I. dan I.P.I. (Ikatan Peladjar Indonesia). Tetapi belum dapat dikatakan, bahwa hal membanteras buta huruf itu diterima oleh masjarakat dengan kesedaran, walaupun hasil pekerdjaannja mentjapai hasil djuga.

Setelah aksi militer kesatu usaha ini di Sumatera Timur dilandjutkan oleh Negara Sumatera Timur dengan membentuk sebuah Panitia Besar jang berkedudukan di Medan dan Panitia bawahan dibeberapa tempat. Di Tapanuli kursus-kursus itu tiada mengalami perobahan sampai aksi militer kedua. Selama aksi kedua banjak kursus-kursus terpaksa tutup, tetapi diantaranja masih ada djuga jang dibuka.

Pada permulaan tahun 1950 segera sesudah pemulihan pemerintahan R.I. di-daerah-daerah Renville, di Sibolga terbentuk satu Djawatan P.P.K. Prop. Tapanuli/Sumatera Timur, tidak termasuk daerah bekas N.S.T. dan didalamnja diadakan satu Bahagian jang akan melandjutkan usaha dilapangan Pendidikan Masjarakat. Di Propinsi Atjeh djuga terbentuk satu Djawatan P.P.K. dan disitu djuga diadakan differensiasi seperti di Sibolga.

Pada permulaan itu terasa sekali, bahwa masjarakat masih lesu disebabkan perdjuangan itu baru selesai, ditambah pula dengan kemiskinan jang membuat orang menumpahkan perhatiannja kepada mentjari penghidupan sadja dulu. Andjuran-andjuran untuk mendirikan kembali kursus-kursus P.B.H. di-mana-mana kurang mendapat sambutan. Lagi pula rupanja dimasa sebelum itu ada kursus-kursus jang merasa dirinja di-perinain-mainkan dalam hal „subsidi"nja.

Rasa ketjewa diantara guru-guru P.B.H. adalah umum. Karena itu usaha pertama jang harus didjalankan ialah dengan ulet membangun kursus-kursus hanja pada tempat-tempat jang dapat menerimanja dan tidak mengharapkan bantuan Pemerintah sebagai sjarat satu-satunja Apparatuur Pendidikan Masjarakat baru terdiri dari beberapa orang sadja, Pelaksanaan pembukaan kursus-kursus banjak sekali dibantu oleh Penilik-penilik Sekolah Rakjat. Makin lama makin meluas usaha tersebut,

678