Halaman:Propinsi Sumatera Utara.pdf/682

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

sadja perkebunan-perkebunan, pabrik-pabrik, objek-objek pengangkutan dan ekspedisi, tetapipun timbullah pula pembangunan perusahaan-perusahaan gas dan listrik beserta dengan penjaluran air, jang merupakan objek-objek vital jang dimulai sebenarnja untuk memenuhi kepentingan tuan-tuan pengusaha bangsa asing itu dan kemudian diluaskan untuk meliputi kepentingan kota seluruhnja.

Semua objek-objek perusahaan modal asing itu, jang dalam sebentar waktu sadja telah merombak suatu daerah jang ber-semak-semak belukar dan ber-paja-paja mendjadi apa jang disebut kemudian ,,cultuurgebieden", memerlukan tenaga-tenaga pekerdja, terutama karena banjaknja bagian-bagian pekerdjaan jang kasar.

Lebih-lebih untuk perkebunan-perkebunan, dimana tenaga jang diperlukan untuk itu tidak terperoleh dengan mentjukupi didaerah ini. Oleh sebab diantara lain-lain mungkin karena keenggenan bumiputera daerah ini untuk memburuh kasar, maka didatangkanlah pekerdja-pekerdja jang di,,werf" dari Djawa. Ini bersesuaian pula karena pulau Djawa diwaktu itupun sudah memerlukan pengurangan kepadatan penduduk. Dalam pada itu bukanlah rahasia lagi, bahwa mereka jang di-werf itu diberi pula gambaran-gambaran pengharapan jang muluk-muluk tentang „Deli, tanah dollar itu".

Akan tetapi bukti kemudiannja banjak benar mengetjewakan! Kampung halaman sudah djauh dimata, tetapi daerah baru jang ditempati itupun bukanlah ,,sjurga" seperti di-harap-harapkan, untuk tidak mengatakan seluruhnja „ neraka " penderitaan dan penjesalan, Jang ditemui disini oleh mereka jang di-werf dari Djawa itu hanjalah lebih banjak keruntuhan hidup, ditindjau dari ukuran-ukuran ekonomi dan tatasusila. Hatta ketika sampai terbongkarnja sendi-sendi pendjadjahan di Indonesia, perikehidupan dan perlakuan jang dialami oleh pekerdja perkebunanperkebunan itu tidak pernah mendapat perbaikan jang berarti. Istilah-istilah ,,poenale sanctie" dan „ koelie contract" tjukuplah sekadar mengingatkan kita kembali djauh kemasa jang silam, kepada pengalaman pahit jang telah ditempuh oleh pekerdja-pekerdja bangsa kita di-perkebunan-perkebunan modal asing didaerah ini. Bahkan pengalaman pahit itu mendjadi salah satu diantara tjetusan-tjetusan jang meledakkan revolusi kemerdekaan Indonesia dalam merombak susunan lama jang tak dapat lagi diterima dan jang tak harus berulang lagi itu.

Tibalah kita kemasa sesudah Proklamasi Kemerdekaan.

Semua objek perusahaan kaum modal asing itu, jang tadi sebentar telah djatuh ketangan pendudukan Djepang sebagai milik rampasan, lalu berpindah kebawah penguasaan Negara Republik Indonesia.

Akan tetapi, sebagaimana Proklamasi Kemerdekaan itupun tidak sekali gus membawa perbaikan nasib bagi seluruh bangsa kita, maka pemindahan kekuasaan atas objek-objek perusahaan kaum modal asing itu tidak pula mungkin sekali gus merubah kemelaratan kaum pekerdja bangsa kita mendjadi suatu kehidupan jang tjemerlang. Tambahan pula penguasaan itupun akan mentjapai batas waktunja, sesuai dengan manifest politik Hatta bulan Nopember 1945, dimana Pemerintah akan me-

660