Halaman:Propinsi Sumatera Utara.pdf/664

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

tiba sa'at proklamasi kemerdekaan Indonesia, maka suasana dikalangan perusahaan-perusahaan ini lantas berobah dengan dihadapkannja semangat, kemauan dan kegiatan kepada perdjuangan menegakkan kemerdekaan jang diproklamasikan.

Usaha jang mulai berdjalan agak lantjar, mesin-mesin jang telah berpusing, kembali menganggur. Pembuatan barang-barang produksi terhenti. Semangat rakjat meluap-luap menentang kembalinja pendjadjahan Belanda di Indonesia. Keadaan begini berdjalan berbulan-bulan, jang berakibat bukan sadja barang-barang keperluan habis tidak berganti, djuga jang terutama rusaknja perusahaan-perusahaan dan mesin-mesin, sebab ada jang dibongkar orang, ada jang didjuali satu demi satu alat perkakasnja.

Kemudian setelah terbentuk pemerintahan de facto R.I. mulailah direntjanakan pembangunan-pembangunan industri disamping rentjana-rentjana perdjuangan. Segala sisa-sisa usaha peninggalan Djepang jang masih dapat dipergunakan, dimulai mendjalankannja kembali serta diusahakan pemasukan alat-alat kelengkapannja dari luar negeri.

Pemerintah mengandjurkan supaja rakjat memasuki lapangan perindustrian dengan memberikan kelonggaran seluas mungkin. Usaha ini sudah mulai berdjalan, tetapi tiba-tiba Belanda mulai menjerang Republik dengan agressinja sehingga pembangunan-pembangunan didaerah Republik hantjur kembali, sebagian karena dirusakkan sendiri dan banjak jang mendjadi korban pembongkaran-pembongkaran oleh orang-orang jang memakai kesempatan dalam waktu katjau itu.

Ditempat-tempat pendudukan Belanda, dengan bantuan B.I.H.-nja industri-industri diperkembangkan dengan memberi bantuan alat-alat dan bahan-bahan setjara toewijzing dengan harga semurah-murahnja. Hanja sedikit sekali kesempatan ini dapat dipergunakan bangsa Indonesia disebabkan oleh keuangannja jang sangat lemah. Bantuan jang terbesar djatuh kepada perusahaan-perusahaan bangsa asing terutama Tionghoa.

Semasa pemerintahan R.I.S. umumnja perindustrian didaerah-daerah Republik djauh lebih mundur dibandingkan dengan daerah-daerah federal lainnja. Sekalipun oleh Kementerian Kemakmuran di Djakarta ditjoba mengadakan kerdjasama guna memperkembang usaha-usaha perindustrian diseluruh Indonesia dengan mentjoba mengutamakan daerah-daerah jang terbelakang dibagian Republik, tetapi ternjata kerdjasama ini tidak lantjar djalannja, karena tjara mengalirkan alat-alat dan bahan-bahan dari daerah-daerah federal kedaerah-daerah Republik mengalami berbagai kesulitan. Baru sesudah terbentuk Negara Kesatuan, rentjana perkembangan industri ini dapat diratakan keseluruh daerah-daerah. Demikian djuga telah dapat diperbesar perhatian kepada usaha-usaha jang bertjorak nasional.

Sekalipun usaha-usaha Pemerintah untuk membantu dan membimbing perusahaan-perusahaan nasional ini belum memuaskan, tetapi dapat dilihat bahwa perbaikan dan kemadjuan didjurusan ini mendapat perobahan besar, baik mengenai mekanisasi dan djumlah, berkat kelonggaran-

642