Halaman:Propinsi Sumatera Utara.pdf/640

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

USAHA PEMBANGUNAN DJALAN -DJALAN DAN SEBAGAINJA.

I. Djalan-djalan

 Propinsi Sumatera Utara jang luasnja 119.620 KM itu, diperhubungkan oleh djalan-djalan darat jang dinamakan djalan Negara dan djalan Propinsi pandjangnja 6669 KM, menjusur hampir seluruh pantai jang berbentuk tandjung sedjak dari Atjeh Selatan, Kutaradja terus ke pantaipantai timur, demikian djuga sebagian pantai barat di Tapanuli, menembusi bukit barisan jang membudjur di tengah-tengah daerah ini. Kota-kota, kampung-kampung dan desa-desa jang berpentjar-pentjar didalamnja, diperhubungkan oleh djalan-djalan ketjil jang bersimpang-siur, tetapi berinduk kepada djalan besar jang disebutkan djalan Negara tadi. Djalan-djalan ketjil ini di daerah Atjeh dan Tapanuli, lazim disebut "zijwegen", sedang didaerah Sumatera Timur, terkenal dengan nama "djalan kebun". Perhubungan jang lain di Sumatera Timur dan Atjeh dilakukan dengan kereta- api.

Keadaan sebelum perang.


 Menurut kwaliteitnja djalan-djalan di Sumatera Utara dapat dibagi mendjadi tiga bagian :
 a. b i a s a , jaitu djalan-djalan jang tidak diaspal. Djalan-djalan di Atjeh umumnja masuk golongan ini.
 b. b a i k   , jaitu djalan-djalan jang diaspal tetapi kurang tjukup lebar, misalnja djalan- djalan raja di Tapanuli.
 c. lebih baik, jaitu djalan-djalan di Sumatera Timur.

Sampai kepada permulaan perang, djalan-djalan itu umumnja mendapat pendjagaan jang baik, disebabkan :

 1. Kerasnja pengawasan tentang muatan kenderaan, sehingga masing-masing djalan tidak memikul beban jang meliwati berat timbangan serta ukuran jang telah ditentukan.
 2. Tjukupnja pegawai-pegawai P.U. untuk mengadakan pemeliharaan dan pendjagaan teknis.
 3. Tjukupnja bahan-bahan jang diperlukan untuk mengadakan pendjagaan dan perbaikan.

 Pada permulaan perang, pengawasan dan pendjagaan ini, mulai mendjadi longgar. Beberapa djembatan sengadja dirusakkan selaras dengan politik bumi hangus Belanda menghadapi agressi Djepang.

 Semasa pendudukan Djepang, praktis pendjagaan dan pengawasan itu tidak ada, karena faktor-faktor jang diperlukan untuk itu makin djauh dari mentjukupi.

 Ditariknja tenaga-tenaga P.U. untuk mengerdjakan bangun-bangunan dan djalan-djalan baru jang strategis untuk peperangan dan leluasanja kenderaan- kendaraan menggilas djalan-djalan jang ada dengan tidak menghiraukan watas berat jang diizinkan, semua itu mempertjepat djalan-djalan itu menudju kerusakannja.

618