Halaman:Propinsi Sumatera Utara.pdf/594

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

persediaan bibit jang baik kepada petani-petani jang baru pindah tersebut.

Penanaman padi di Sumatera Timur djuga memperhatikan turunnja hujan. Ketjuali di Simelungun dan Karo hampir saban bulan ada pengutipan hasil karena dikedua Kabupaten ini penanaman padi berlainan dari pada didaerah lain dan penanaman tidak serentak seluruhnja.

Harus diingat bahwa sawah-sawah ini tidak seluruhnja mempunjai pengairan jang teratur, akan tetapi sebahagian terdiri atas sawah jang berpengairan tetap, ada jang diairi setjara kampung, ada sawah tadahan (hudjan) dan sawah rawa.

Seperti halnja dalam tahun-tahun jang liwat, banjak diantara petani-petani menemui kesulitan dalam hal menjediakan bibit padi jang baik sehingga terasa benar perlunja pihak Djawatan Pertanian Rakjat mengadakan persediaan bibit jang baik.

Perluasan persawahan di Sumatera Timur masih dapat dilaksanakan dengan rentjana jang luas, bila para petani dapat memperoleh bantuan dalam usaha mereka, serta ketentuan tentang hak milik tanah telah diselesaikan,

ATJEH.

Angka-angka jang djelas tentang luasnja penanaman padi sawah di Atjeh dimasa sebelum perang tidak ada, begitupun penanaman padi sawah dalam musim padi 1950/1951 djauh kurang dari pada jang ditanam sebelum perang. Kekurangan atau ketiadaan pemeliharaan jang sempurna atas bangun-bangunan serta tali air dimasa perang dan dimasa revolusi menjebabkan banjak bangun-bangunan pengairan rusak, baik sebahagian atau seluruhnja, sehingga beribu-ribu ha sawah djadi kurang hasilnja, malah banjak diantaranja sama sekali tiada dapat diusahakan penduduk lagi.

Kabupaten-kabupaten Atjeh Barat dan Atjeh Selatan jang dimasa lampau dinamakan gudang beras dan sanggup mengeluarkan beras keluar, menimbulkan kechawatiran akan kekurangan beras, berhubung dengan banjaknja sawah-sawah jang tidak diusahakan. Ini terdjadi karena dimusím tumin kesawah, harga minjak nilam melambung tinggi, sehingga banjak petani-petani meninggalkan persawahannja dan lebih suka mengusahakan minjak nilam sebagai gantinja. Menurut taksiran kedjadian ini mengurangi penanaman kira-kira 1/3 dari seluruh luas sawah. Berdjangkitnja wabah tjatjar ditahun 1950 jang banjak mengambil korban djuga mempengaruhi penanaman padi. Tidak heran djika pada penghabisan tahun 1951, kekurangan beras didaerah-daerah ini terutama kabupaten Atjeh Selatan tidak dapat dielakkan lagi.

Kesulitan djalan dan alat-alat pengangkutan menjebabkan banjak halangan untuk mengirim bantuan pada waktunja, sehingga harga beras membubung sampai Rp 4.50 sekg., sedang dikabupaten lain hanja Rp.

572