Halaman:Propinsi Sumatera Utara.pdf/595

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

3,— atau kurang. Banjak penduduk mentjampur beras dengan ubi, umbut pisang atau pisang muda, malah penduduk jang tidak mampu banjak jang tidak dapat memasak nasi lagi.

Djuga kabupaten Atjeh Tengah dikenal sebagai gudang beras (Kutatjane), tetapi beras tidak dapat dialirkan ke Atjeh Selatan karena perhubungan tidak ada. Dikabunaten-kabupaten Atjeh Utara dan Atjeh Timur hasil padi kurang dari biasa, karena diwaktu mudanja menderita kekurangan air sampai 2 bulan lamanja, sedang petani-petani dikabupaten Atjeh Timur banjak jang terpengaruh oleh angan-angan hendak memperoleh uang dengan mudah dikebun karet sehingga pemeliharaan sawah djadi terlantar.

Tidak teraturnja hudjan diwaktu menanam, ditambah dengan larinja petan kelapangan karet menjebabkan masa menanam tidak teratur dan terlambat, sehingga mendjelang panen banjak menderita gangguan walang sangit, Penanaman padi musim 1951/1952 lebih teratur dengan lebih baiknja turun hudjan dan djuga mata pentjaharian dilapangan karet dan minjak nilam telah kurang menarik seperti tahun jang lampau. Iklim jang tiba-tiba kering dalam bulan Oktober 1951 menjebabkan penanaman padi dibeberapa tempat terpaksa diundurkan. Akan tetapi setelah mulai lagi hudjan, kelambatan ini ditjoba mengatasinja, sehingga sekalipun setjara terburu 75% dari luas persawahan jang diharapkan dapat ditanami.

Dalam usaha memulihkan kembali persawahan-persawahan jang telah rusak djuga telah diberikan bantuan dari dana R.K.I. 1951 untuk usaha-usaha memperbaiki pengairan-pengairan,

TAPANULI.

Didaerah ini pemungutan hasil padi sawah lebih luas serta hasilnja lebih tinggi. Dari tjatetan-tjatetan ternjata bahwa hasil rata-rata per ha turut meningkat dalam tahun 1951 sampai ± 17%. Ini adalah disebabkan oleh pemeliharaan jang lebih sempurna dari tahun jang silam, serta gangguan babi dapat dibanteras dengan ratjun babi, Luas dan hasil persawahan ini dapat meningkat lagi bila pemulihan-pemulihan kembali pengairan-pengairan sawah jang telah rusak dan pembukaan-pembukaan sawah baru dapat dilantjarkan djalannja dengan memberikan bantuan bantuan alat terutama bahan-bahan semen.

Sematjam gangguan lain di Tapanuli Selatan ialah harimau jang dalam satu waktu mengganas sehingga upara petani tidak berani keluar kesawah-sawah jang agak djauh dari kampung.

Pupuk buatan jang telah didjandjikan untuk penanaman padi, tidak lantjar djalannja distribusinja. Untuk mempertinggi hasil didaerah ini pemulihan pengairan dan pembagian pupuk jang tjukup dalam waktunja adalah sangat penting.

573