Halaman:Propinsi Sumatera Utara.pdf/548

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

kelebihan barang tidak dapat dilangsungkan, karena tiap-tiap daerah mulai mengutamakan kepentingan daerahnja sendiri. Barang masuk dibolehkan, barang keluar ditjegah. Karena itu dagang gelap meradjalela”.

Sebagai akibat dari pada politik perekonomian Djepang jang menjita dan memeras dengan harga jang djauh lebih rendah dari pada ongkos produksi, maka banjak sekali kemunduran dalam pertanian dan perkebunan. Dimana-mana terlihat bekas dari pada pemerasan hasil.

Djuga penghasilan pada banjak mundurnja. Bukan sadja karena bandjir atau musim kemarau melainkan djuga karena terlalu banjak tenaga tani dikerahkan sebagai romusha.

Bahaja kekurangan dalam pertanian akan mengantjam terus, djika kita tidak sanggup mengatur pembagian tenaga pekerdja jang seimbang antara produksi dan perdjuangan. Banjak pemuda tani jang ditarik ketempat perdjuangan atau kebelakang tempat perdjuangan, dengan tiada mempergunakannja sepenuh-penuhnja. Oleh karena itu banjak sawah dan ladang jang terlantar atau tidak sempurna dikerdjakan. Penghasilan mundur. Djikalau barisan perdjuangan dan pendjagaan teratur setjara rasionil dengan mengadakan koordinasi jang tepat, maka banjak sekali tenaga jang separoh menganggur dalam lapangan ini jang dapat dikerahkan kembali untuk mengintensifkan produksi.

Demikian djuga perternakan dan perikanan. Dalam daerah inilah terdapat kemunduran jang sebesar-besarnja. Pembaruan jang berdasar kepada plan jang teratur harus didjalankan dengan selekas-lekasnja. Bahwa hutan jang banjak tandus harus dibarui dengan selekas-lekasnja tidak perlu dipaparkan dengan pandjang lebar. Kita semua tahu bahwa keadaan hutan penting artinja bagi pertahanan”.

Disaat kita sedang menghadapi revolusi nasional, revolusi sosial, djuga kita menghadapi „revolusi monetair”, jaitu revolusi uang. Kita menghadapi keadaan jang gandjil, jang belum pernah kita alami dalam sedjarah. Kita melepaskan Indonesia dari belenggu pendjadjahan akan tetapi kita tidak mempunjai mata uang sendiri. Mata uang jang dipakai jaitu uang kertas Djepang. Tentang hal uang ini telah lama mendjadi buah fikiran bagi seluruh rakjat, karena uang kertas Djepang begitu buruk pengaruhnja terhadap kehidupan perekonomian dan perdagangan kita umumnja. Jang lebih merasakan hal ini ialah kaum buruh. Harga uang Djepang rendah sekali, sedangkan harga barang-barang keperluan sehari-hari amat tinggi. Uang djadi inflasi, karena terlalu banjak dihamburkan ketengah-tengah masjarakat. Di Sumatera sadja uang Djepang ini diperedarkan lebih kurang dua ribu djuta rupiah sedangkan sebelum petjah perang dengan Djepang hanja berdjumlah kira-kira seratus djuta rupiah sadja. (Ada jang menaksir lebih 3½ miljard rupiah, jaitu sepuluh kali djumlah uang jang diperedarkan Belanda sebelum perang diseluruh Indonesia).

Apakah tindakan Pemerintah untuk menghindarkan inflasi itu? Ada beberapa djalan jang dapat dipikirkan oleh Pemerintah di Sumatera waktu itu, untuk menghilangkan inflasi, umpamanja: menarik kembali

526