Halaman:Propinsi Sumatera Utara.pdf/483

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi
PRESIDEN MEMERIKSA AKIBAT BANDJIR DI
SUMATERA UTARA.

Dari tanggal 12 Maret sampai 19 Maret 1953, Paduka Jang Mulia Presiden berkundjung ke Sumatera Utara, terutama sekali untuk mempersaksikan keadaan-keadaan sebagai akibat bandjir di Sumatera Utara, jaitu di Atjeh dan Tapanuli.

Presiden dengan rombongan mengundjungi Kutaradja, Balige, Tarutung, Sibolga, Padang Sidempuan dan Gunung Sitoli. Presiden sampai di Nias untuk pertama kalinja, akan tetapi jang mengharukan ialah pada waktu Presiden turun di Sabang jang merupakan peristiwa simbolis tentang watas keluasan tanah air sampai ke Merauke.

Pada tanggal 12 Maret 1953, oleh „pendaulatan” jang timbul dari hati jang rindu, Presiden menjampaikan kata pesannja jang berikut:


BANGSA INDONESIA DILAHIRKAN DIDALAM KANTJAH
PERDJUANGAN.

Sekarang setengah satu, sedang panas-panasnja, terik-teriknja matahari, tetapi aku melihat engkau toh berdiri disini dengan muka berseriseri. Engkau tidak meleleh mendjadi air. Bapak mengatakan bahwa engkau tidak meleleh mendjadi air, oleh karena bapak pernah mengatakan satu bangsa jang dilahirkan didalam api tidak akan tjair didalam sinarnja matahari.

Nah, engkau berdiri disinar matahari jang terik, tetapi engkau tidak meleleh, engkau tidak tjair, engkau tidak mendjadi bubur. Apa sebab, ialah oleh karena engkau bangsa Indonesia dilahirkan didalam kantjahnja perdjuangan, didalam api.

Kita saudara-saudara adalah bangsa jang demikian itu , bangsa jang didalam tengahnja kantjah perdjuangan dilahirkan, tetapi jang sekarangpun masih didalam tengahnja kantjah perdjuangan itu.

Maka oleh karena itu bapak tempo hari dengan meniru perkataan seorang pemimpin lain pernah meniru dalilnja didalam bahasa Inggeris: ,,for a fighting nation there is no journey's end" artinja, buat satu bangsa jang berdjuang, sebenarnja perdjalanan itu tidak pernah sudah. Buat satu bangsa jang berdjuang, perdjalanan adalah perdjalanan jang terus menerus. Kitapun demikian,


GARIS JANG MENAIK.

Maka oleh karena itu aku minta kesedaran dari padamu, supaja menginsjafi, bahwa perdjalanan kita ini adalah perdjalanan terus menerus. Perdjuangan kita adalah perdjuangan terus menerus.

Bapak kenal betul suasana disini, bukan pertama kali bapak melihat suasana disini, ditanah lapang ini, bahkan bapak berpidato ditanah lapangan ini, sadja, ini adalah kedua kalinja. Bapak dengan resmi, tiga


461